[portalpiyungan.com] Pengamat Komunikasi Politik, Maksimus Ramses Lalongkoe menilai polemik dwikewarganegaraan Arcandra Tahar merupakan bentuk lemahnya kinerja Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Sutiyoso dalam memberikan informasi kepada Presiden Joko Widodo.
"Kasus Arcandra itu sebenarnya kecerobohan dari pihak BIN bahwa itu soal administrasi saja. Artinya, tanpa presiden meminta data kepada BIN, seharusnya lemabaga intelijen negara berkewajiban berikan informasi terkait identitas seseorang," ujar Ramses, Jumat, 18 Agustus 2016.
Presiden diyakini akan segera melengserkan Sutiyoso dari Kepala BIN akibat lalainya memberikan informasi terkait dengan status warga negara Archandra.
"Jika istana ganti kepala BIN, adalah hal yang wajar karena ada keteledoran dari BIN sendiri," tukas Ramses.
Seharusnya, BIN sangat berperan penting dalam menyuplai informasi kepada Presiden. Terlebih data terkait calon menteri.
"Hal yang sangat luar biasa kalau dia diganti saat ini," papar Ramses.
Terlebih, pasca polemik Arcandra, Sutiyoso dipanggil oleh Presiden ke Istana.
"Ini satu tahapan informasi kepada publik bahwa ada yang tidak benar dalam proses ini," tandas Ramses.
Sebelumnya, dalam sebuah tulisam, jurnalis veteran M. Hadimulyanto sempat mengutip pernyataan seorang tokoh yang dekat dengan Jokowi. Sumber tersebut mengatakan bahwa Jokowi tidak sepolos dan selugu yang dikira oleh publik. Dan trik Jokowi sudah terbukti sukses untuk mengakhiri polemik Budi Gunawan.
Seperti diketahui, di tengah polemik dwikewarganegaraan Archandra, Wakil Presiden Jusuf Kalla secara menyatakan bahwa tak lama lagi Kepala BIN, Sutiyoso akan segera diganti.
"Kalau BIN tunggu sajalah perkembangannya, dalam waktu tidak terlalu lama," ujar JK pekan lalu.
Dikabarkan, Jokowi sudah menyiapkan Budi Gunawan sebagai pengganti Sutiyoso.