Inilah Bedanya Patah Hati di Mata Laki-Laki dan Perempuan!

Quote di Novel Masih Ada
Ini sungguhan!

Untuk laki-laki atau perempuan, maka patah hati rasanya sama saja: sakit. Nggak enak. Menyesakkan. Lalu apalagi? 

Bikin tidur nggak nyenyak.

Bawaannya pengen nonjok orang atau nangis di pojokan. 

Sebutkan saja semuanya. 

Begitulah jika sedang patah hati    sekali lagi, entah itu laki-laki atau perempuan, maka tidur menjadi tidak enak, napas menjadi sesak. Bumi yang luas tetiba saja menjadi lebih kecil dan sempit. Males bergerak dan pengen di kamar saja. Atau apalah. 

Patah hati itu rasanya sama: sakit. 

Cuma bedanya, kalau laki-laki mengalaminya sebentar saja. Paling sehari dua hari doang. Paling lama seminggu, atau malah sebulan. 

Setelah itu? 

Ia akan mencari hati yang baru. Perempuan yang lain. Diajaknya ia mengisi hatinya yang sudah bersih dan siap menerima siapa saja. 

Sepanjang hidup lelaki, perasaan tidak bekerja dominan. Sehingga ketika ia mengalami kegagalan dalam hubungan, ia mudah saja memindahkan hatinya kepada orang lain. Ia lupa akan patah hatinya yang baru terjadi beberapa jenak belakangan. 

Contoh simpelnya seorang lelaki yang ditinggal mati istrinya deh. Bahkan ketika kuburan istrinya masih basah pun, sebagian besar lelaki    saya tidak bilang semuanya ya, sudah memikirkan untuk menikah lagi. Alasannya macam-macam: Nggak bisa ngurus rumah dan anak sendiri, merasa kesepian, butuh pendamping, dan sebagainya. 

Oke.. Kembali ke patah hati tadi...

Perempuan tidak bisa seperti laki-laki. Mengapa demikian? Karena mereka memainkan perasaannya begitu dominan. Seorang perempuan, memang secara umum lebih susah jatuh cinta duluan pada lawan jenis. Tapi ketika ia sudah bisa menerima dan mencintai, itu akan dalam sekali. 

Akibatnya ya tadi, ketika dia patah hati, maka proses pemulihannya akan lama sekali. Bisa sebulan dua bulan, setahun dua tahun. Entahlah. 

Nah, jika saya mengibaratkan hati manusia seperti sekeping kaca, maka patah hati itu artinya, kaca tersebut jatuh dan pecah berkeping-keping. Tidak keruan pokoknya. 

Mendapati hal demikian, yang dilakukan laki-laki pada umumnya adalah segera membersihkan lantai hatinya dari pecahan kaca tersebut dan segera mengganti dengan kaca yang baru. 

Sedangkan perempuan, tidak demikian. Ia justru akan memunguti pecahan kaca hatinya. Menyusunnya pelan-pelan menjadi seperti semula     walau tentu saja tidak pernah bisa. Ia menunggu lelaki lain datang dan merangkulnya penuh kasih sayang.  

Ia menunggu lelaki lain yang lebih tulus, yang mampu berkata ikhlas begini: "Aku akan menjaga hatimu. Sungguh, demi Tuhan, aku tidak akan mematahkannya lagi. Aku akan menerimamu apa adanya."

Begitu...