James F. Jeffrey, mantan Dubes AS di Turki mengatakan, "Erdogan tidak disukai Washington. Tidak juga dikehendaki UE. Berbeda dengan pemimpin Arab. Mereka senantiasa patuh kepada kami dalam kondisi apapun. Pemimpin Arab setia bersikap seperti keinginan kami. Nampak sekali, kami dibutuhkan dan diposisikan sebagai sekutu. Mereka ngiler dengan F-16. Lain halnya dengan Erdogan. Ia sosok yang berani menentang, menantang, mengangkat muka, dan menempeleng kami. Ia tak mau sedikitpun bersahabat dengan kami."
(http://ift.tt/2bAtdhl)
Tiada manusia sesempurna baginda Nabi. Erdogan adalah umat Nabi. Meniru. Meneladani. Menerjemahkan jejak Nabi. Lembut pada dhu'afa. Jumawa pada kaum angkara. Semua panah mengarah. 5 kali diancam pembunuhan. Allah membimbingnya selamat. Salah satunya, di tahun 2013. Erdogan jadi target dibunuh, saat akan operasi. Namun sehari sebelumnya. Erdogan membatalkan operasi yang dilakukan dokter-dokter pelaku kudeta gagal.
Mengapa jejak sikap Erdogan begitu berani? Jawabannya. Sebab ia memiliki energi powefull yang tidak sekedar mengimbangi. Namun mengungguli kekuatan dunia. Erdogan terpilih demokratis. Ekonomi maju. Militer kokoh. Infrastruktur kuat. Rakyat disejahterakan. Pendididikan gratis. Kesehatan cuma-cuma. Teknologi maju. Hutang nol. Tuduhan korupsi tak terbukti. Erdogan pula yang paling nyata jejak kebijakannya untuk dunia. Pantas ia dibenci.
Erdogan ialah seorang Qa'idul Qaadah. Great Leader. Jika salah, segera muhasabah. Saat gagal, cepat istighfar. Terpeleset, langsung tasbihat. Bukan tipe qiyadah yang plenga-plongo. Disetir kepentingan. Ditaujih kebutuhan. Ditentir kondisi. Mirip boneka yang tak berdaya. Hanya sibuk mencari kambing hitam. Tajam ke anak kambing. Plentat plintut disusupi anak kodok.
Ada baiknya. Politikus dunia Islam berguru pada Erdogan. Berguru soal bersikap. Berani menantang, tegar menentang, mengangkat wajah. Sesekali membalas angkara mutka. Erdogan Tidak lagi husnuzhan pada lawan yang sudah nyata-nyata mengharu biru kekuatan Islam. Jualan politikus adalah sikapnya, bukan untaian nasihat atau kata bijak, bak pujangga tersedak. Erdogan tegas soal Palestina, Syiria. Lalu bermain cantik dengan diplomasi strategis, memadukan ancaman dan perdamaian.
Erdogan paham. Iran-Rusia atas restu AS dan Israel di balik kejumawaan Assad. Erdogan sadar. Jika saat ini terlalu keras dengan Israel. Israel telah mempersenjatai ISIS dan PKK yang menguasai 2/3 garis perbatasan dengan Turki. Maka satu-satunya jalan. Erdogan tetap menjaga jalir diplomatik. Sebab ia tahu. Dunia menanti kehancuran Erdogan, setelah penguasa Arab semuanya ditundukkan.
Namun saya pesimis. Justru di Indonesia. Mereka yang bersuara lantang dikekang. Mereka yang kritis dibuat krisis. Mereka yang berani melawan dihadang. Mereka yang tegar bersikap, malah disekap. Wajar. Di 71 tahun kemerdekaan. Indonesia tidak punya stok polotikus semisal M. Natsir, H. Agus Salim, Kahar Muzakkar. Malah yang muncul; Nyi Roro Kidul, Banci Kajajaden. Wajar baru dibacain doa, langsung blingsatan. Maaf kawan. Anda kurang beruntung.
(Nandang Burhanudin)