Rupiah Anjlok, 10 Perusahaan Tangerang Rumahkan Karyawan

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat saat ini menembus Rp 14.050 per Dollar AS, membuat pengusaha industri di Kota Tangerang terdesak. Sejumlah perusahaan mulai menghentikan produksi dan merumahkan para pegawai.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Tangerang, Abduh Surahman mengatakan, pasca turunnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, hingga saat ini setidaknya sudah ada sepuluh perusahaan mengadu ke lembaganya. Mereka berkonsultasi terkait tiga hal buat efisiensi perusahaan, yakni pengurangan jam kerja, produksi, dan karyawan.

"Mereka melapor secara lisan, baru berkonsultasi, belum sampai penutupan pabrik. Kita minta agar mereka mengurangi produksi dulu. Sedangkan pengurangan karyawan menjadi opsi terakhir," kata Abudh seperti dikutip Merdeka.com, Rabu (27/8).

Menurut Abduh, dari 2800 perusahaan ada di Kota Tangerang, paling terkena imbas menurunnya nilai tukar rupiah adalah perusahaan bidang garmen dan padat karya. Bahkan, salah satu perusahaan sudah merumahkan 1850 karyawannya karena berhenti produksi.

"Perusahaan sudah mengalami kerugian Rp 3 miliar tiap bulan. Akhirnya mereka menghentikan produksi dan merumahkan karyawan, tetap digaji sebesar 70 persen. Saat ini perusahaan sedang mencari modal, jika dalam beberapa bulan tidak dapat, kemungkinan akan tutup," ujar Abduh.

Abduh mengatakan, penyebab perusahaan tidak kuat berproduksi karena bahan bakunya diimpor dari luar negeri, dan harus dibeli dengan Dolar AS. Namun, bahan jadinya dijual di Indonesia dengan nilai rupiah. Akibat rupiah melemah, ada selisih antara ongkos produksi dan harga jual.

"Meski selisihnya sedikit, tapi saat dijual juga tidak laku. Karena dampak rupiah turun juga membuat daya beli masyarakatnya lemah," sambung Abduh.

Jika hal ini berlangsung lama, Abduh khawatirkan perusahaan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja besar-besaran, yang tentunya akan menambah angka pengangguran di Kota Tangerang. "Dampaknya pasti menumbuhkan masalah sosial seperti kriminalitas," lanjut Abduh.

Disnaker mengaku tengah mencari jalan keluar dengan menyelenggarakan bursa kerja (job fair) tingkat kota di kawasan Ciledug, dan dua job fair tingkat kecamatan di Cibodas dan Periuk.

"Jika ada pengurangan pegawai di sektor garmen dan padat karya, diharapkan ada sektor lain yang membutuhkan pegawai lebih banyak, sehingga bisa kita fasilitasi. Tapi solusi yang lebih baik adalah pemerintah pusat bisa kembali menaikkan nilai rupiah terhadap Dolar," tutup Abduh.


Sumber: meditangerang.com