Korban serangan udara (foto), |
Banyak rumah sakit diserang selama perang lima tahun, membuat kelompok dokter dan pihak oposisi menuding pasukan rezim Suriah dan Rusia sengaja menyasar fasilitas kesehatan.
Mazen Kewara dari Syrian American Medical Society (SAMS), mengatakan bahwa badan amalnya membatalkan rencana pembangunan sekitar lima rumah sakit lapangan di wilayah oposisi selama dua tahun terakhir, setelah mendapat penolakan dari penduduk setempat.
Akibatnya, beberapa komunitas masyarakat tidak memiliki akses layanan kesehatan.
"Masyarakat menolak menerima layanan kami di dalam kota dan desa mereka karena takut kawasan ini (akan) menjadi sasaran karena keberadaan fasilitas kami di sana", ujar Kewara, yang juga direktur SAMS untuk kawasan Turki-Suriah.
Meski seruan untuk menjauhi kawasan mereka lebih banyak berasal dari pemimpin setempat, tapi dalam satu kesempatan, SAMS juga pernah ditolak kelompok oposisi di Aleppo karena khawatir lebih berisiko dibom Assad.
"Mereka adalah kelompok militer, (sedangkan) kami pekerja kesehatan, tapi mereka yakin kami lebih dipilih menjadi sasaran dibanding mereka", katanya.
Hampir 1.000 orang tewas akibat serangan ke fasilitas kesehatan di seluruh dunia selama dua tahun terakhir, dimana hampir 40 % terjadi di Suriah, ungkap laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei lalu.
Kelompok bantuan kemanusiaan berulangkali menyerukan dihentikannya serangan terhadap fasilitas medis.
Di Suriah, frekuensi dan akurasi serangan udara terus meningkat sejak Rusia melakukan intervensi militer untuk mendukung rezim Assad pada akhir September 2015.
Juli 2016 menjadi bulan terparah bagi fasilitas medis sejak perang Suriah dimulai, dengan 43 serangan, atau lebih dari satu kali serangan tiap hari, kata SAMS.
SAMS mengatakan mendukung lebih dari 1.700 pekerja medis dan 169 sarana kesehatan di seluruh Suriah. (Reuters)