I Love You My Son!

Pagi ini sebenarnya saya sedang nggak mood mau menulis apa. Mata saya berat. Nggak tahu kenapa. Padahal, tadi malam saya tidak begadang, tidur cukup dan nyenyak. Yah, walau memang, beberapa kali saya terbangun ketika malam, karena Bang Alif menendang-nendang tubuh saya. 

Anak saya nih, kalau tidur nggak bisa diam. Muter kayak jarum jam. Barusan kaki di selatan, eh sebentar kemudian, kakinya sudah di utara. Barusan kepalanya ada di Barat, beberapa menit kemudian sudah pindah ke timur. Entah ngikutin siapa tidurnya begitu. Padahal ayah dan ibunya anteng kalau sedang lelap. 

Nggak sampai disitu saja, tadi malam bahkan, dengan mata yang masih terpejam, ia duduk, lalu mendekati saya dan menarik-narik baju yang saya kenakan. Dikiranya saya umminya, dia narik-narik baju tuh karena mau mimik ke saya. Duh... Langsung saja saya bangunkan istri saya dan mendekatkan Alif kepadanya. 

Sejurus kemudian, saya ambil bantal dan menjauhi Alif untuk tidur kembali hingga Shubuh. 

Paginya, saya bangun sekitar jam 4. Mata masih berat sebenarnya, tapi saya paksakan bangun karena waktu Shubuh sebentar lagi datang. Saya duduk, mengucek-ngucek mata, lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai itu, saya kemudian beribadah sampai shalat shubuh selesai. 

Sekembalinya dari shalat Shubuh, saya lihat anak saya masih tidur. Tapi kini posisinya sudah berbeda dari sebelum saya berangkat shalat Shubuh. Kaki sudah di atas, kepala muter ke bawah. Berbeda 180 derajat dari sebelum saya berangkat. 

Saya masuk ke dalam kamar dan mencium kening dan pipi anak saya. Ia tidak bangun juga, cuma nyengir. Mungkin sedang mimpi indah. Saya lalu berbisik di telinganya pelan, "Bang Alif, sudah pagi. Masa anak sholih bangunnya siang. Abang nggak shalat Shubuh?" 

Mungkin hanya menjawab dengan seulas senyum dengan mata yang masih terpejam. 

"Bang Alif nanti jadi anak yang pinter ya. Sayang sama Ummi dan Abi. Sayang sama nenek dan kakek. Sayang sama mamak dan bapak. Pokoknya Bang Alif sayang sama semuanya." 

Lagi, hanya seulas senyum yang ada. 

Saya usap-usap kepalanya lembut, sambil terus berdoa untuk kebaikan anak saya. Bagi saya, dia adalah segalanya. Semangat saya, napas saya, juga alasan saya untuk terus bekerja keras demi masa depannya. 

Demikian. 

Related Posts :