Mengapa Islam, khususnya nabi Muhammad begitu keras melarang umatnya untuk tidak berandai-andai? Lebih jauh lagi, di dalam Islam setidaknya ada empat macam pengandaian. Tiga jenis sudah dilarang alias haram, sedangkan yang satu jenisnya bergantung apa yang diandaikannya.
Pertama, pengandaian yang memprotes syariat Islam. Misalnya, "Andai saja berselingkuh (zina) itu halal, pasti enak banget ya!" atau, "Aih, andai saja minuman keras itu halal, pasti aku sudah untung besar setiap bulan!"
Kedua, pengandaian yang digunakan untuk memprotes takdir. Misalnya, "Andai saja tadi saya ada di rumah, pasti saya juga akan mendapatkan keuntungan itu juga." atau, "Andai saja saya begini, pasti saya begitu..."
Ketiga, pengandaian yang digunakan untuk menyesali musibah yang menimba dirinya. Misalnya, "Seandainya saya tidak keluar rumah, pasti saya tidak akan terjatuh disini!" atau, "Seandainya saya tadi nggak berangkat, kan kejadian ini seharusnya tidak terjadi."
Ketiga jenis pengandaian di atas sudah disepakati sebagai pengandaian yang haram. Kita umat muslim dilarang melakukan pengandaian itu. [Sumber: DISINI]
Sedangkan pengandaian yang terakhir, yang keempat, keharamannya bergantung apa yang diandaikannya. Jika baik, maka tidak apa-apa. Tapi jika yang diandaikannya buruk (maksiat), maka ia mendapatkan dosa.
Yang boleh misalnya begini, "Seandainya nanti Allah menakdirkan saya menjadi orang kaya, maka saya akan rajin berderma, membantu orang, dan akan mengeluarkan zakat dengan baik."
Pengandaian seperti itu, yang dibarengi niat, dan kesungguhan, dibolehkan dalam Islam. Nggak masalah.
Tapi jika pengandaiannya adalah kepada kemaksiatan, maka tidak boleh. Misalnya, "Seandainya nanti saya punya uang, maka saya akan berhura-hura. Beli minuman keras dan mabuk-mabukan."
Yang begini tidak boleh. Kita berdosa karena pengandaiannya jelek. Tapi belum berdosa karena mabuk-mabukannya, karena belum terjadi.
Selanjutnya, dalam dunia psikologi juga dijabarkan bahwa pengandaian itu tidak baik bagi perkembangan jiwa dan motivasi yang ada di dalam diri kita masing-masing. Berandai-andai adalah hal yang tidak membangun. Tidak akan membawa kita pada keberhasilan yang luar biasa hebat.
Contohnya begini:
"Seandainya kaki saya normal seperti kalian, pastilah saya bisa melakukan ini dan itu."
"Seandainya saya kaya, pasti saya sekolah hingga perguruan tinggi dan menjadi sarjana."
"Seandainya tubuh saya sehat, pastilah saya bisa pergi kesana dan kesitu."
"Seandainya saya tidak sibuk, pastilah saya bisa menulis setiap hari!"
Kalimat-kalimat pengandaian seperti di atas adalah kalimat yang tidak membangun. Tidak konstruktif dan malah membuat kita tidak bergerak kemana-mana.
Seharusnya, lebih baik jangan gunakan kata andai dalam kalimat-kalimat yang akan kita ucapkan. Tapi ganti kata andai tersebut dengan kata bagaimana. Hal ini akan jauh lebih baik dan membuat kita bergerak ke arah yang benar.
Misalnya:
"Bagaimana ya caranya, walau pun kaki saya tidak normal seperti kalian, tapi bisa melakukan banyak hal juga?"
"Bagaimana caranya saya tetap bisa kuliah dan sarjana walau ekonomi saya pas-pasan?"
"Bagaimana caranya saya bisa jalan-jalan ke tempat-tempat wisata walaupun saya memiliki penyakit ini?"
"Bagiamana ya caranya agar saya bisa menulis setiap hari di tengah kesibukan yang menyandera?"
Lihat! Jika kita menggunakan kata bagaimana, maka ada semacam suntikan motivasi di dalam dada yang membuat kita kemudian berpikir, mencari jalan keluar, berusaha menemukan solusi yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Kalau lagi ada masalah dalam penjualan, maka jangan katakan, "Seandainya saya tidak melakukan ini, pastilah perusahaan saya tidak akan bangkrut." tapi katakan, "Bagaimana ya caranya agar perusahaan saya tidak hancur lebur dan bisa bangkit lagi menjadi lebih baik?"
Nah, kan lebih enak.
Begitu...
Mari ubah kata-kata andai dengan kata-kata bagaimana. Semoga bisa menjadi lebih baik dan berguna.
Demikian.