Ketika Ada yang Mengkritik Tulisanmu

Ketika Ada yang Mengkritik Tulisanmu
Ketika Ada yang Mengkritik Tulisanmu
"Bang Syaiha," seorang kawan menyapa demikian di whatsapp ketika saya sedang menyaksikan berita di televisi tadi pagi, "alhamdulillah saya sudah semakin sering menulis di blog. Yah, walau tentu saja, tulisannya masih tulisan ala kadarnya. Saya menulis apa yang ada di kepala saja. Nggak mikir banyak."

"Wah bagus itu. Pertahankan terus yaaa.." saya menjawab demikian, masih sambil menyaksikan berita yang ditayangkan. 

"Tapi, Bang..." ia melanjutkan lagi, "Kemarin ada salah satu teman yang juga sekaligus pembaca setia blog saya, protes. Pasalnya, dia bilang, tulisan saya begitu-begitu saja. Nggak ada yang lain. Dia merasa bosan dengan tulisan saya dan kemudian mengancam, kalau tulisan saya tidak diperbaiki dan tidak lebih baik, maka saya tidak akan lagi mampir ke blog kamu."

"Oh.. Lalu?" 

"Ya saya jadi baper, Bang. Merasa bahwa tulisan saya masih dangkal dan nggak ada apa-apanya. Ada saran nggak Bang saya harus bagaimana?" 

Oke, baik... Berdasarkan fakta di atas lah kemudian saya menulis postingan ini. Sekaligus, semoga menjadi renungan buat teman saya itu agar tetap menulis dan jangan berhenti. 

Pertama, saya selalu menyadari bahwa tidak ada tulisan yang benar-benar bagus dan tidak ada pula yang benar-benar jelek. Mengerti maksudnya? Begini... Tidak ada tulisan yang benar-benar bagus, artinya, nggak ada satupun tulisan yang luput dari kritik dan masukan orang lain. Sebagus apapun tulisan itu, pasti ada saja orang yang bilang itu nggak bagus. 

...artinya, tidak ada tulisan yang benar-benar bagus   semua orang, tanpa terkecuali menyukainya. Nggak ada. 

Pun sebaliknya, nggak ada tulisan yang benar-benar jelek. Karena sesederhana apapun tulisan yang kita hasilkan, walau ada yang menghinanya atau merasa bosan membacanya, pasti tetap saja ada orang yang memberi apresiasi. Setidaknya menghargai proses yang sedang kita kerjakan. Belajar menulis setiap hari. 

Jadi, jangan berhenti karena kritik dan masukan. Tapi jadikan itu sebagai bahan evaluasi dan teruslah berbenah menjadi pribadi yang baik melalui tulisan. 

Kedua, kritik dan masukan dari orang yang bilang bahwa tulisan kita belum oke, jadikan pelecut untuk terus disiplin menulis dan membaca setiap hari. Keduanya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Menulis sesering mungkin. Membaca juga demikian. 

Apalagi jika kita ingin membuat tulisan lebih bernyawa dan berarti, maka membaca adalah asupan nutrisi yang baik dan tidak bisa ditinggalkan bagi seseorang yang ingin menjadi penulis. Perbanyak koleksi buku-buku yang best seller, baca dan pelajari bagaimana penulisnya membangun konflik hingga klimaks. Perhatikan pula bagaimana penulis-penulis itu menggunakan diksi sehingga pemaparannya menjadi begitu mengalir dan enak dinikmati. 

Kalau hal ini   membaca dan menulis   sering dilakukan, maka tinggal menunggu waktu saja tulisanmu menjadi ciamik. Selalu lah percaya bahwa hasil tidak pernah mengkhianati proses. 

Ketiga, orang yang memberikan kritik dan masukan kepada tulisan kita, itu tanda bahwa ia memperhatikan dan ingin kita menjadi lebih baik. Maka terima saja dan ucapkan terimakasih kepadanya. Katakan dengan sungguh-sungguh kalimat berikut kepadanya:

"Terimakasih atas masukannya. Itu sangat berarti buat saya. Insya Allah, saya akan lebih giat lagi belajar dan berlatih setiap hari. Suatu saat, jika aku menerbitkan bukuku sendiri, kamu adalah orang pertama yang akan aku kabari. Dan di saat itu, aku pastikan bahwa tulisanku pasti akan jauh lebih baik."

...selesai mengucapkan kalimat tersebut, lalu kuatkan ikat kepala dan teguhkan niat di dalam dada untuk terus menulis dan belajar. Bukan malah berhenti dan undur diri. 

Saya pribadi sih selalu yakin, bahwa semakin sering kita menulis dan membaca, maka tulisan kita pasti akan semakin baik jadinya. Juga percaya bahwa setiap tulisan akan menemukan nasibnya sendiri kelak. 

Demikian. 

Related Posts :