Peran public relation dalam situasi krisis sangatlah strategis sekaligus menjadi semacam tes kemampuan para PR, apakah mampu mengatasi atau tidak!
Krisis dapat terjadi pada lembaga profit maupun non profit, lembaga politik maupun non politik.
Sebelum bicara bagaimana seharusnya PR menghadapi krisis, saya ingin sampaikan bahwa krisis organisasi memiliki banyak pengertian, diantaranya menurut Shrivastava dan Mitroff yang mengatakan bahwa krisis adalah sebuah noice yang secara fisik memberikan dampak pada suatu sistem.
Kata dia, ada tiga dampak krisis, yaitu ancaman legitimiasi organisasi, adanya perlawanan terhadap misi organisasj dan terganggunya cara publik melihat dan menilai organisasi tersebut.
Sementara Laurence mengatakan, krisis adalah peristiwa yang tak terduga yang potensial berdampak negatif terhadap sebuah organisasi.
Sekarang kita bicara lebih spesifik apa yang semestinya dilakukan seorang PR saat menghadapi krisis dalam organisasi.
Disinilah sebenarnya fungsi PR yang paling krusial, mampukan mengolah, meracik dan memberikan massage ke publik agar berdampak positif bagi organisasi.
Kalau dalam situasi normal mungkin tak begitu rempong, tapi saat itu dilakukan di tengah kriris maka akan menjadi lain.
Menurut saya ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang PR saat organisasi krisis,
Pertama, janganlah disibukan dengan bantahan tentang situasi yang fakta dan publik mengetahui hal itu.
Sampaikanlah ke publik dengan fakta, tetapi diselipkan konten yang bisa membangun citra positif bagi organisasi.
Misal, saat organisasi pecah dan banyak yang keluar maka jangan disibukan dengan bantahan bahwa itu tak terjadi. karena faktanya sudah diketahui publik.
Semakin kita membantah maka hari hari seorang PR akan disibukan dengan bantahan berikutnya.
"Namanya organisasi pasti mengalami problem semacam ini, bukan hanya dikami tapi terjadi disemua organisasi" konten ini bisa menjadi jawaban seorang PR saat memberikan keterangan ke publik.
Selanjutnya bisa disambung dengan konten seperti ini,
"Masalah sekarang yang kami hadapi bukan kali ini saja, sebelumnya juga kita menghadapi berbagai masalah internal dam Alhamdulillah kami bisa melalui semua itu sehingga sampai sekarang masih eksis,".
Kedua adalah fokus dengan program yang paling dekat dan konsolidasi internal, ibarat di kapal laut, saat berlayar tiba tiba di tengah datang gelombang besar, bodi kapal bocor, penumpang panik, apa yang dilakukan seorang nahkoda disaat situasi seperti ini? apakah diam atau lanjut membawa kapal agar bsa ke tempat yg lebih aman.
Jadi buat PR yang notebene sebagai jelmaan organisasi maka harus mampu melakukan hal itu juga. Meski situasinya berisik, gaduh dan cuacanya buruk.
Seorang PR juga harus memahami tipe krisis agar bisa melakukan antisipasi sesuai dengan kadarnya.
Tipe krisis menurut Firsan Nova dalam bukunya "Crisis Public Relations" membagi lima, yaitu.
Pertama, Pra Krisis, tahapan ini baru muncul benih krisis sebelum krisis itu datang.
Kedua, mulai terlihat jelas gejala krisis, tinggal eksekusinya, apakah akan dibiarkan atau segera melakukan tindakan, inilah tahap peringatan.
Ketiga, krisis akut, organisasi sudah mulai merasakan efek negatifnya secara fisik, publik pun sudah mengetahui fakta bahwa organisasi tersebut terjadi krisis.
Keempat adalah, tahap pembersihan, artinya pada tahap ini organisasi mulai melakukan pemulihan nama.baik, reputasi, citra positif dan disinilah PR punya peran penting untuk mengkomunikasikan ke publik, baik melalui visual maupun non visual.
Dan terakhir adalah tahap pasca krisis. Organisasi mulai mendapatkan kepercayaan kembali.
Pada tahap inilah situasi mulai bisa dikendalikan dan PR harus tetap bekerja.
Penulis,
Karnoto
Founder Maharti Networking
*Channel Youtube*
https://www.youtube.com/channel/UCz3GnDDWEW5oIm-1e_ropKg
*Website Perspektif TV*
https://ift.tt/2ETbbbC
*BantenPerspektif*
https://ift.tt/2ABa4Jt
*Maharti Mall*
https://ift.tt/2qkgtC0