Caleg Muda PKS, Etalase Partai Masa Depan



Kemunculan para caleg muda di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi etalase partai dakwah ini sebagai partai masa depan. Apalagi sejak awal PKS memposisikan diri sebagai partai anak - anak muda. Pada bagian lain muncul kompetitor partai baru dengan segmentasi anak muda yang mereka sudah mulai mengajak "perang" gagasan dengan gaya anak muda.

Tantangan dari partai lain harus diladeni oleh PKS dengan gagasan anak muda juga agar terjadi "pertempuran" gagasan antar anak bangsa yang memiliki masa depan, berfikir original dan memiliki daya dobrak yang lebih kencang.

PKS beruntung masih memiliki stok kader muda yang tak sekadar muda, tetapi mereka memiliki kemampuan gagasan, fikiran dan kreativitas yang bisa menjangkau luas. Mereka mendapat pengakuan sebagai tokoh muda yang inspiratif dari luar sebelum akhirnya publik mengenal bahwa sosok muda inspiratif tersebut adalah kader PKS.

Inilah yang disebut dengan pengakuan murni publik terhadap ketokohan seorang kader PKS. Jadi bukan menjadi pemuda yang jago kandang, tetapi tak dikenal di publik luas, tapi pada bagian lain dia juga memiliki koneksi yang baik dengan internal PKS, mulai dari struktur dan jejaring PKS. Anak - anak muda seperti inilah yang dibutuhkan PKS untuk menghadapi pertarungan politik di masa mendatang.

Tampilnya Agis Nur Aulia sebagai Caleg DPRD Kota Serang memberikan harapan untuk konteks ini. Dari aspek pemikiran, sosok Agis sudah memiliki cerita yang akan dibawa ketika ia masuk ke parlemen. Dia mengerti apa yang harus dilakukan seorang anggota parlemen sebelum ia terpilih karena ia memahami kerangka kerja seorang anggota parlemen, yaitu budgeting, controling dan legislasi.

Pemahaman sejak nyaleg ini penting agar seseorang ketika masuk ke gedung parlemen tidak harus belajar dulu tentang tugas dan fungsi anggota parlemen, tapi seseorang itu bisa langsung naik ke level yang lebih tinggi yaitu seputar dinamika parlemen, mulai dari lobi sampai permainan hidden agenda dalam parlemen.

Sebagai mantan alumnus Univesitas Gadjah Mada (UGM) Agis Nur Aulia memiliki struktur berfikir dan rasionalisasi yang lebih matang karena efek dari pergaulan semasa hidup di kampus. Salah satu kematangan itu adalah bagaimana ia menyiapkan finansial sebagai seorang pengusaha sebelum akhirnya terjun ke dunia politik secara praktis.

Agis seperti memahami bahwa cost politik di Indonesia relatif mahal dan mesti disiapkan agar ketika terjun dalam dunia politik tidak sekadar "Menjadi" caleg atau kalau sudah terpilihpun tidak sekadar "Menjadi" Aleg. Tak sedikit, para caleg yang terpilih, tapi ketokohannya tidak seimbang dengan lamanya dia menjadi pejabat publik.

Tentu banyak faktor, selain mungkin finansial juga karena sebagian masih mengira bahwa proses penokohan seseorang bisa berjalan alamiah, padahal dalam politik tidak ada rumus seorang tokoh politik berjalan alamiah. Kalau kita tengok sejumlah proses penokohan, mereka memiliki ting teng yang komplit sehingga jalur, pergerakanyapun relatif sistematis.

Jika pilihanya membiarkan alamiah maka selamanya tidak akan berjalan efektif karena dalam politik tidak ada sesuatu yang alamiah, semua by desaign. Saya termasuk orang yang tidak percaya kalau proses penokohan seseorang bisa berjalan alamiah.

Banyak yang berharap pemuda seperti Agis bisa tampil dalam dunia politik untuk memberikan harapan. Harapan itu datang bukan saja dari internal, tetapi dari relasi Agis dari luar PKS. Itulah keuntungan seseorang yang ketokohannya lahir dari luar dan memiliki koneksitas yang baik dengan internal. Kedua - duanya menjadi penting karena disitulah nanti ia bisa menyatukan atau paling tidak mengklarifikasi terhadap persepsi publik ke PKS. (ADV/KNT)