Imaje Building Ala Nabi Muhammad



Imaje building adalah salah satu menunjukan reputasi dan memengaruhi persepsi publik.

Ada beberapa anjuran Nabi Muhammad kepada umat Islam perihal Shalat Idul Fitri, dua diantaranya adalah melakukan shalat di lapangan terbuka dan jalan kaki saat menuju ke lokasi shalat.

Sekarang mari kita lihat lebih dalam dua anjuran tersebut. Dua anjuran itu menyiratkan tentang bagaimana Nabi Muhammad melakukan imaje building. 

Paling tidak ada tiga hal yang bisa kita ambil dari dua anjuran itu dalam konteks komunikasi publik. Pertama, show of force kepada publik, kepada dunia bahwa Islam telah menjadi kekuatan besar dunia.

Bukan lagi entitas mungil yang banyak kaum proletarnya, tapi telah menjadi kekuatan dunia dengan jumlah pengikut yang banyak dengan status sosial beragam. Ada pengusaha, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, penguasa, pemuda dan elemen sosial lainnya.

 Unjuk kekuatan ini menjadi penting sebagai upaya mengubah persepsi publik sebelumnya dimana kekuatan Islam tidak diperhitungkan.

Dalam konteks kekinian, imaje building menjadi sesuatu teori yang jadi pembahasan dalam studi komunikasi. Imaje building dipakai oleh lembaga bisnis, non profit, pemerintahan dan partai politik.

Dan salah satu cara melakukan imaje building adalah dengan show of force dan inilah yang dilakukan Nabi Muhammad beberapa abad lalu. Dalam teori komunikasi pemasaran, public relation dan branding, membangun imaje dengan show of force menjadi salah satu aktivitas yang penting dilakukan karena akan memengaruhi persepsi publik.

Hal kedua yang bisa kita pelajari dari dua anjuran Nabi Muhammad tersebut adalah momentum. Aktivitas komunikasi erat kaitannya dengan sejauhmana kemampuan kita agar ada link and match. 

Inilah kecerdasan Nabi Muhammad yang mampu memanfaatkan momentum untuk membangun imaje kekuatan Islam ketika itu. Bagi Anda yang belajar marketing communication pasti memahami betapa pentingnya mencari momentum untuk kepentingan imaje building.

Dan pelajaran ketiga dari dua anjuran Nabi Muhammad itu adalah covert selling. Nabi tidak menyampaikan kepada publik bahwa hal itu bagian dari imaje building, tetapi pesan bahwa umat Islam telah menjadi kekuatan besar dengan show of forcenya sampai ke publik, inilah strategi covert selling.

Strategi ini sedang tenar akhir - akhir ini. Bagi para pelaku usaha pasti familiar dengan strategi ini. Covert selling adalah cara memengaruhi publik tetapi tidak seperti sedang memengaruhi. 

Ngiklan tapi tidak seperti sedang ngiklan. Stratrgi ini menjadi cara efektif karena dilakukan dengan massage emosional bukan hanya mengandalkan pendekatan rasional.

Kalau Anda perhatikan sebagian besar perusahaan yang membuat produk, terutama produk jenis consumer goods (produk yang dipakai sehari -hari) beralih ke strategi covert selling dan memangkas biaya  advertising.

Selain dua anjuran nabi tersebut, peristiwa haji pun kurang lebih sama bahkan secara eksplisit aktivasi tersebut menjadi simbol penting. Tentan haji dan koneksitasnya dengan komunikasi pemasaran akan saya tulis dilain waktu.

Penulis,
Karnoto