Amnesty: Hampir 18 ribu tewas disiksa di dalam penjara Assad

Tumpukan mayat di awal tindakan keras rezim Assad di Dara'a (foto),
Belasan ribu orang tewas di penjara rezim Suriah sejak konflik berdarah dimulai di negara itu, dalam rangkaian tindakan represif dan penangkapan massal terhadap para demonstran.

Jenis siksaan yang dilakukan beragam, mulai dari pemukulan, setruman, perkosaan dan serangan psikologis terhadap tahanan, seperti yang disampaikan dalam laporan terbaru Amnesty International, Kamis (18/8).

Amnesty melaporkan, lebih dari 17.700 orang diperkirakan tewas di dalam penjara Suriah sejak konflik pecah pada Maret 2011. Rata-rata lebih dari 300 orang meregang nyawa di sel rezim Suriah pada tiap bulannya.

Semua orang yang dianggap musuh pemerintah ditahan tanpa diadili, disiksa, dihilangkan secara paksa, yang berakhir dengan kematian, lapor Amnesty.

Laporan Amnesty ini berdasarkan wawancara dengan 65 korban penyiksaan yang selamat, kebanyakan warga sipil. Mereka menggambarkan tahanan intelijen dan penjara militer Saydnaya dekat Damaskus sebagai tempat dengan kondisi "tidak manusiawi".

Mereka mengatakan, warga yang baru masuk penjara akan disiksa sebagai bentuk "sambutan selamat datang", menggunakan selang atau tongkat silikon.

"Mereka memisahkan kami, mereka memperlakukan kami seperti binatang. Mereka ingin kami sebisa mungkin tidak diperlakukan seperti manusia", kata seorang saksi, Samer, yang ditangkap saat membagian bantuan kemanusiaan.

"Saya tidak melihat orang tewas, tapi saya melihat darah, mengalir seperti sungai", lanjut Samer kepada Amnesty yang dikutip CNN Indonesia dari The Telegraph.

Saksi lainnya, Omar S, berusia 17 tahun ditahan pada 2012 karena ikut demonstrasi anti pemerintah. Setibanya di penjara, kata Omar, para tahanan ditanya apakah mereka menderita sakit.

"Tujuannya memang kematian, seperti seleksi alam, untuk menyingkirkan yang lemah setibanya mereka di tempat itu", kata Omar.

"Pertama mereka bertanya kepada kawan saya, dan dia mengatakan 'Ya, saya punya masalah pernafasan, saya punya asma'. Lalu mereka mulai memukulinya hingga tewas, tepat di depan saya", tutur Omar lagi.

Amnesty mencatat siksaan juga meliputi perkosaan dan kekerasan seksual, baik terhadap pria dan wanita. Salah satu yang mengalaminya adalah Said, aktivis pro-demokrasi, yang mengaku pernah diikat tangannya dan ditutup matanya.

"Saat saya tergantung, mereka menggunakan tongkat listrik untuk memukul kemaluan saya. Lalu mereka menggunakan alat setrum dan memasukkannya ke dalam anus saya, dan menyalakannya. Ini adalah pengalaman perkosaan saya yang pertama. Lalu seorang petugas meminta penutup wajah saya dibuka, dan saya melihat ayah saya di sana. Dia menyaksikan semuanya", kata Said.

Akses untuk makanan, air dan fasilitas sanitasi juga terbatas bagi tahanan di penjara rezim Bashar al-Assad. Tahanan mengalami penyakit kulit dan luka-luka lainnya.

Amnesty mendesak negara-negara dunia, terutama Rusia dan Amerika Serikat untuk menekan pemerintah Suriah dan kelompok bersenjata agar berhenti menyiksa.

"Selama puluhan tahun, pemerintah Suriah menggunakan siksaan untuk menghancurkan musuh mereka", kata direktur Amnesty Timur Tengah dan Afrika Utara, Philip Luther.

"Hari ini, siksaan digunakan sebagai serangan yang sistematis dan menyeluruh terhadap semua orang yang dituduh melawan pemerintah di antara masyarakat sipil dan ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan yang keji ini harus diadili", tegas Luther.

Mei lalu, kelompok pemantau SOHR bahkan memperkirakan jumlah yang lebih besar hingga 60 ribu orang tewas dalam penjara Assad.

Data korban versi SOHR disusun berdasar sumber rezim sendiri, baik dari penjara maupun badan keamanan.

"Tidak kurang dari 60.000 tahanan btelah syahid... baik akibat penyiksaan fisik langsung, maupun ketiadaan makanan dan obat-obatan", jelas Direktur SOHR, Rami Abdul Rahman.

Rami merinci bahwa lebih dari 20.000 korban meninggal berasal dari satu penjara Sednaya saja.

Ribuan tahanan ditahan di penjara militer Sednaya, salah satu pusat penahanan terbesar di negara itu dan terletak 30 kilometer di utara Damaskus. (CNN Indonesia/rslh)