Sang survivor (foto AMC), |
Aktivis oposisi Suriah merilis rekaman mengerikan menunjukkan penyelamatan beberapa anak kecil dari sebuah bangunan yang telah hancur sebagian akibat serangan udara Rusia di Qaterji, Aleppo timur.
Ekspresi bingung, pasrah dan kelelahan ditampakkan oleh sorang anak yang terduduk di kursi oranye di dalam sebuah ambulans.
Sekujur tubuhnya tertutup debu, sementara kiri wajahnya babak belur dengan darah mengalir. Mata kirinya tak bisa terbuka sempurna, menggambarkan kengerian serangan udara ke wilayah sipil di kota yang dilanda perang.
Foto dan video anak ini menyebar secara luas di media sosial di seluruh dunia.
Ia adalah salah satu yang bertahan hidup. Para penyelamat mengeluarkannya dari reruntuhan dan dibawa ke sebuah ambulans.
Beberapa saat ia sempat terdiam di sana, lalu tiba-tiba mengusap kiri wajahnya dan melihat tangannya terkena darah.
Ia melihat tangannya setelah mengusap wajah yang terluka |
Bagai seorang ksatria yang terluka, tak ada tangis atau jeritan dari mulut mungilnya. Darah ditangannya segera diseka ke kursi ambulans.
Ia diselamatkan bersama kedua orang tuanya dan tiga saudaranya yang lain, masing-masing baru berusia 1, 6, dan 11 tahun.
Satu jam setelah penyelamatan, gedung apartemen tempat keluarga itu akhirnya benar-benar runtuh.
Namanya Omran
Seperti diberitakan Associated Press, seorang dokter Aleppo pada hari Kamis (18/8) berhasil mengidentifikasi anak itu sebagai Omran Daqneesh, yang berusia 5 tahun.
Dr. Osama Abu al-Ezz menceritakan bahwa anak itu dibawa ke rumah sakit berkode "M10" pada hari Rabu malam. Namun karena tak ada luka serius di kepalanya, tidak juga cedera otak, Omran kecil sudah boleh pulang.
Saat itu, petugas penyelamat dan wartawan segera tiba di lokasi serangan tak lama serangan, mereka bergegas mencari dan menyelamatkan para korban dari puing-puing.
"Kami melewati mereka (korban) dari satu balkon ke balkon lainnya", kata seorang wartawan foto, Mahmoud Raslan, yang sempat mengambil foto di lokasi.
Raslan telah mendapati tiga mayat sebelum kemudian ada seorang penyelamat membawa dan menyerahkan anak yang terluka itu. Raslan pun bergegas membawanya ke ambulans.
Serangan udara itu terjadi saat azan Maghrib, setelah matahari terbenam pada Rabu malam, ungkap Raslan.
"Kami segera membawa anak-anak kecil itu ke ambulans, tapi seorang gadis berusia 11 tahun masih menunggu ibunya diselamatkan. Pergelangan kakinya terjepit oleh reruntuhan", kisah Raslan.
Menurut dokter di RS "M10", ada 8 korban meninggal, lima diantaranya adalah anak kecil.
Tim penyelamat bekerja hingga jam 5 pagi untuk mengevakuasi korban selamat terakhir dari puing.
Dokter di Aleppo menggunakan sebutan kode bagi rumah sakitnya, karena menurut mereka telah terjadi penargetan sistematis oleh rezim Assad dan sekutunya.
"Karena kami takut pasukan keamanan (rezim) menyusup ke dalam jaringan medis ini dan menjadikan ambulans sebagai targetnya karena membawa pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain", kata Dr. Abu al-Ezz, menerangkan alasan penggunan kode fasilitas medis.
Aktivis yang tinggal di wilayah Aleppo oposisi mengandalkan informasi dari aktivis lain di provinsi Latakia dalam memperingatkan adanya serangan udara yang segera datang. Latakia adalah wilayah yang dikuasai Assad dan lokasi pangkalan udara Rusia.
Pada Rabu malam, seorang informan dari Latakia memberikan informasi pada jaringan aktivis bahwa jet tempur telah lepas landas dari pangkalan udara Rusia di Hmeimim.
"Kami memperkirakan pesawat tersebut tiba wilayah udara Aleppo dalam dua menit, dan cukup yakin atasnya", kata Raslan.
"Ini mencetak dua keberhasilan", katanya. Tidak ada yang terluka dalam serangan pertama. Dan yang kedua bisa dengan sigap menyelamatkan para korban, termasuk Omran kecil.
Kengerian kursi oranye yang diduduki Omran direspon dunia dengan rasa sedih, mengingatkan lagi Aylan Kurdi, anak Suriah dari suku Kurdi yang tenggelam ketika akan menyeberang ke Yunani.
Tubuh Aylan ditemukan terdampar di pantai Turki bersama kakaknya, sekitar satu tahun lalu. (Assosiated Press)
Video: