Angkatan Udara AS ingin mengirimkan bom plasma di atmosfer untuk membuat sinyal radio makin bisa diterima.
Sinyal radio sejauh ini telah dipahami akan berjalan lebih baik saat malam hari. Saat gelap tersebut, sinyal radio bisa melalui perjalanan ratusan mil sebelum dijemput oleh peralatan yang ada di daratan Bumi.
Nah, agar makin menarik sinyal radio tersebut, dikutip dari Geek,Senin 22 Agustus 2016, militer AS itu meletakkan partikel terionisasi yaitu bom plasma di ionosfer, lapisan atmosfer yang mulai dari 30 mil ke atas dari permukaan Bumi.
Dengan kelengkungan Bumi yang ada seperti saat ini, akan sulit untuk mendapatkan sinyal radio lebih dari sekitar 70 mil jauhnya. Jika sinyal radio terpental bisa di ionosfer, maka sinyal radio akan bisa meluncur lebih jauh. Maka dari itu, militer udara AS ingin meletakkan bom plasma guna membantu perjalanan sinyal radio.
Nah, untuk mengirimkan bom plasma ke ionosfer, mereka memanfaatkan satelit mini yang dinamakan CubeSat.
Dalam misinya itu, militer AS menggandeng tiga tim untuk membawa bom plasma ke ionosfer.
Salah satunya yang digandeng yaitu perusahaan asal Pennsylvania, Amerika Serikat yang bekerja sama dengan peneliti Drexel University, AS. Kolaborasi peneliti itu ingin menggunakan reaksi kimia untuk memanaskan serangkaian logam melampaui titik didihnya. Logam yang menguap akan bereaksi dengan atmosfer dan akhirnya menciptakan plasma.
Sementara perusahaan lainnya, Enig Associates of Bethesda, lebih suka untuk menggunakan bom kecil untuk menghasilkan bom plasma.
Tantangan dari misi ini yaitu satelit ini yang dipakai harus mendapatkan sejumlah energi untuk menghasilkan plasma. Melihat hal ini, maka diprediksi, diperlukan riset beberapa tahun untuk bisa menentukan apakah teknologi bom plasma baru bisa terwujud. Sumber: News.viva.co.id