Obyek tersebut bernama Niku. Ilmuwan semula menduga bahwa obyek itu merupakan planet kerdil, masuk dalam golongan obyek trans-Neptunus. Namun, semakin menganalisis, ilmuwan justru semakin bingung.
Normalnya, obyek yang ukurannya lebih kecil dari planet bisa disebut sebagai planet kerdil atau malah asteroid. Namun, Niku tak bisa digolongkan dalam keduanya.
Sebab pertamanya, Niku memiliki bidang orbit yang berbeda 110 derajat dibandingkan dengan bidang orbit benda-benda langit lain yang mengorbit Matahari.
Lebih aneh lagi, arah orbit Niku berlawanan dengan arah orbit kebanyakan benda langit di Tata Surya. Bila benda langit lain mengorbit searah dengan rotasi Matahari, Niku justru berlawanan.
Memang, Niku bukan satu-satunya yang memiliki orbit berlawanan arah atau retrogade. Tetapi, berpadu dengan perbedaan bidang orbitnya, sulit bagi astronom menyatakan bahwa Niku adalah planet kerdil.
Lantas, apakah Niku? Salah satu dugaan, Niku tercipta dari hasil tumbukan dengan benda langit misterius lain serta terpengareuh oleh gaya lain di luar Matahari atau planet-planet di Tata Surya.
Hipotesis lain, Niku merupakan anggota dari sebuah grup benda langit yang orbitnya secara kebetulan mirip dengan Tata Surya.
Ada pula dugaan bahwa Niku merupakan benda langit yang terkait dengan keberadaan planet ke-9 di Tata Surya yang diduga ada tetapi belum terkonfirmasi.
Manakah yang benar? Hingga kini ilmuwan belum bisa memastikan. Namun, ketidakpastian itu memberikan gairah baru bagi para astronom. Mereka terpacu untuk meneliti lebih lanjut.
"Itu menunjukkan bahwa ada banyak hal di bagian luar Tata Surya yang belum sepenuhnya kita pahami," kata Matthew Holman dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics yang menemukan Niku seperti dikutip Science Alert, 11 Agustus 2016 lalu.
"Kapan pun Anda menemukan keanehan di bagian luar Tata Surya, itu menarik sebab dalam hal tertentu merupakan pertanda perkembangan baru," kata Konstantin Batygin dari Calfornia Institute of Technology.
Niku ditemukan dengan Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System 1 Survey (Pan-STARRS 1) di Haleakala, Maui.
Obyek itu 160.000 lebih redup dari Neptunus. Diduga, diameternya pun kurang dari 200 kilometer alias tak sampai setengah lebar Pulau Jawa. (bmw/kmps)