Pengamat Politik LIPI: Omongan Mana yang Bisa Dipercaya dari Ahok ?

BLOKBERITA, JAKARTA -- Peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI R Siti Zuhro mengungkapkan, klaim Ahok yang mengaku telah didukung Megawati Soekarnoputri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub 2017 semakin menunjukkan cagub incumbent tersebut inkonsisten. 
 
" Ini semakin menunjukkan dia ngepot-ngepot nggak karuan, ugal-ugalan," ujar Siti Zuhro, Sabtu(20/08/2016) seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL.
 
Siti mengingatkan pada awalnya Ahok meminta dukungan kepada Megawati, bahkan memberikan tenggat waktu agar merestui dia kembali berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat. 
 
Karena tak juga ada sinyal positif dari Mega, Ahok memutuskan maju lewat jalur perseorangan dengan menggandeng Heru Budi Hartono, Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah DKI. Relawannya yang tergabung dalam Teman Ahok pun gencar mengumpulkan KTP untuk memenuhi persyaratan.
 
" Jalur perseorangan memang harus lebih siap. Karena harus kumpulkan KTP. Tapi jangan kamuflase, jangan tiba-tiba say good bye," sambung peneliti asal Blitar, Jatim ini. 
 
Karena, seiring dengan perjalanan waktu, Ahok ternyata tidak jadi lewat perseorangan. Dia memutuskan maju lewat jalur partai politik. Padahal saat itu, mereka sudah mengklaim berhasil mengumpulkan satu juta KTP, jauh melebihi dari yang disyaratkan minimal 525 ribu KTP. 
 
" Jadi anti klimaks. Saat pengumuman 1 juta KTP, dia malah mengenalkan diri akan maju lewat parpol," ungkap doktor alumni Curtin University, Perth, Australia ini. Saat itu ada tiga partai yang menyatakan mendukung, Hanura, Golkar, dan Nasdem. 
 
Sekarang, dia menambahkan, Ahok kembali merapat ke PDIP. Bahkan mengklaim sudah mendapat dukungan. 
 
Menurutnya, itu sama saja Ahok berusaha menggiring opini dan memberikan semacam warning kepada Megawati. Namun, melihat manuver politik Ahok selama ini, orang mulai tidak percaya. 
" Karena omongan yang mana yang bisa dipercaya dari Ahok," tandasnya. (bin/SI)