Dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu Anhu, ia menukil sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّك
“Wahai Ibnu Al-Khattab (Umar), Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan berjalan di suatu jalan kemudian bertemu denganmu, melainkan dia akan beralih ke jalan lain yang bukan jalanmu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam Al-Nawawi berkata: “Hadis ini dipahami secara zahir, bahwa setan itu jika melihat Umar melewati satu jalan, ia pasti melarikan diri dan mengambil jalan lain disebabkan ketakutan yang sangat terhadap keberanian Umar, jangan sampai dia melakukan sesuatu kepadanya”. (Syarah Shahih Muslim, 15/165).
Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Padanya terkandung keutamaan besar bagi Umar, yang mengharuskan setan tidak memiliki cara untuk mengganggu Umar. Ini bukan berarti adanya ‘ishmah baginya. Dimana, tidak ada padanya melainkan menjauhnya setan darinya dan tidak berani berjalan pada jalan yang dilalui olehnya”. (Fath Al-Bari, 7/38).
Jadi, kalau ada yang benci, atau bahkan melaknat Umar bin Al-Khattab lantaran takut kepada beliau, maka ketahuilah dia adalah "bangsa" makhluk yang Nabi sebutkan di atas.
(Di Masjid Nabawi, orang-orang syiah tidak mau lewat pintu Umar bin Khaththab ...)
-Ust. Rappung Samuddin-