Politisi Belanda anti-Islam, Geert Wilders |
Politisi Belanda anti-Islam, Geert Wilders, mulai diadili di Schipol dengan dakwaan memicu kebencian rasial.
Dakwaan terhadap dirinya bermula dari sebuah pawai tahun 2014, terkait dengan pernyataan yang menginginkan 'lebih sedikit orang Maroko' di Belanda.
Dalam pawai PVV tahun 2014, Wilders bertanya kepada para pendukng partai, apakah mereka ingin 'lebih sedikit atau lebih banyak orang Maroko' di Belanda.
Ketika para pendukung partai membalas dengan memekik 'lebih sedikit', dia kemudian menanggapi, "Kita akan mengaturnya".
Pemimpin Partai Kebebasan Belanda, PVV, ini menolak hadir di sidang pada Senin (31/10), yang menurutnya merupakan pengadilan politik.
Hakim membuka sidang tanpa kehadiran Wilders dengan mengatakan mengambil pernyataan yang dibuatnya di media sosial beberapa waktu belakangan.
Willders bisa dipaksa untuk hadir ke pengadilan dan jika terbukti bersalah akan diancam dengan hukuman maksimal satu tahun penjara.
Pengadilan atasnya ini diperkirakan berlangsung selama tiga pekan dan vonis akan disampaikan pada bulan Desember.
Pengadilan atas Wilder berlangsung ketika jajak pendapat memperlihatkan kinerja partainya meningkat menjelang pemilihan parlemen yang akan diselenggarakan Maret tahun depan.
Jajak tersebut memperlihatkan PVV bersaing ketat dengan VVD pimpinan Perdana Menteri, Mark Rutte, dengan masing-masing diperkirakan meraih 25 hingga 29 kursi dari total 150 kursi parlemen.
Wilders diketahui telah berulang kali mengkritik Islam, menyerukan agar Al-Qur'an dilarang dan agar semua masjid di Belanda ditutup.
Tahun 2011 lalu, Wilders dinyatakan bebas dari dakwaan mendorong kebencian terhadap umat Islam. (CNN Indonesia)