Tono (foto: Fokus Islam) |
Pria beranak 2 ini sejak 10 tahun lalu memang bekerja di pabrik pupuk dan menetap di Karawang.
Tiba-tiba pada Ahad (5/2) malam, ia diminta pulang segera oleh pihak Kepolisian.
Pasalnya, tepat di depan rumah mertuanya, di Desa Manis Kidul RT/RW 01/01 Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan, ada sebuah benda yang meledak keras.
Polisi menduga benda itu adalah bom. Tim gegana dari Polda Jawa Barat segera menuju TKP untuk memeriksa.
Mertua Tono, Sutri (54 tahun), sangat kaget mendengar ledakan keras di depan rumahnya.
Sutri yang tinggal sendirian di rumahnya ini melihat asap membumbung tinggi, orang-orangpun berlarian menuju sumber suara ledakan.
Di tempat kejadian, warga mendapati pipa yang yang sudah hancur. Sutri ingat ledakan itu terjadi sekitar pukul 20.00 WIB.
Untuk mengurai kasus tersebut, polisi kemudian memanggil orang-orang yang rumahnya paling dekat dengan sumber ledakan. Keluarga Sutri pun diperiksa oleh petugas kepolisian.
Sutri tinggal sendirian di rumah. Ia punya anak dan menantu, sedangkan suaminya telah lama wafat.
Anak dan menantu Sutri semuanya merantau ke luar kota. Deni dan Nani di Jakarta sedangkan Tono dan Irna di Karawang.
Siang harinya, Senin (6/2), Sutri beserta anak dan menantunya diboyong ke kantor polisi. Petugas memeriksa keluarga ini sejak sekitar pukul 10:00 hingga 17:30 WIB.
Pemeriksaan paling lama dilakukan kepada Tono. Pria ini masuk ke ruangan pemeriksaan dari pukul 11:00 sampai 17.30 WIB.
Tono berpenampilan dengan jenggot lebat dan mengenakan celana cingkrang di atas mata kaki, sementara itu polisi detail melontarkan pertanyaan.
Polisi mendalami, apakah Tono ada keterkaitan dengan kelompok-kelompok yang kerap melakukan teror.
“Ada sih pertanyaan-pertanyaan tentang itu, tetapi tidak secara terang-terangan. Digiring mengarah ke sana”, kata Tono, usai menjalani pemeriksaan di Kantor Polsek Jalaksana kepada FokusIslam, Senin (6/2).
Tono tidak ingat jumlah pasti pertanyaan yang dilontarkan kepadanya ada berapa, karena sangat banyak.
“Mungkin sampai ratusan pertanyaan ya”, kata Tono.
Selain masalah penampilan, Tono juga dicecar banyak pertanyaan terkait profesinya sebagai karyawan bagian produksi di perusahaan pupuk. Mengingat, pupuk bisa dijadikan bahan membuat bom
“Ditanya-tanya, bagaimana cara pembuatan pupuk dan kaitannya dengan pembuatan bom. Ada juga pertanyaan tentang kelompok-kelompok tertentu yang dianggap menebarkan teror”, ujar Tono.
Tono dikenal baik
Rifal, tetangga Tono di Desa Manis Kidul, Kuningan, mengenal Sutri dan anak menantunya adalah sosok yang baik.
“Ibu Sutri, anak dan menantunya ya saya kenal, namanya juga tetangga dekat”, kata Rifal.
Rifal menuturkan, Sutri memiliki putri bernama Irna dan menikah dengan Tono, pemuda asal Cirendang Kuningan. Tono dikenal sosok yang normal, tidak ada keanehan.
“Biasa aja yah, tidak ada yang aneh. Kalau Tono dan Irna tinggal di Karawang, pulang ke sini sesekali saja dan saya kenal orangnya baik”, ujar Rifal.
Rifal sendiri mendengar suara ledakan tersebut. Dirinya keluar menuju sumber ledakan dan melihat asap membumbung tinggi.
“Kayaknya itu ada yang melempar dari kebon. Kalau ibu Sutri gak mungkin yang meledakkannya. Dia tinggal sendirian di rumah dan sudah tua”, terang Rifal.
Tokoh masyarakat setempat, Dadan Rahmatul Ramdan, juga mengenal Tono dan istrinya dengan baik.
“Saya kenal betul dengan Tono dan istrinya. Mereka ini tidak ada kaitan dengan kelompok teror”, ujar Dadan.
Dadan berani menjamin hal tersebut, karena sejak kecil Irna rajin mengaji padanya.
“Irna itu mengaji sama saya. Tono juga kalau pulang sering ikut pengajian yang saya selenggarakan”, papar Dadan.
Dadan khawatir, ledakan bom tersebut adalah fitnah yang dituduhkan kepada Tono, mengingat penampilan Tono yang berjenggot dan bercelana cingkrang.
“Khawatirnya ini adalah fitnah. Saya tahu betul Tono dan istrinya itu tidak ada kaitan dengan kelompok teror”, tegas Dadan.
Kekhawatiran Dadan tak terjadi. Tono dan keluarga dipulangkan kembali oleh polisi karena ada tetangganya yang mengaku membuat ledakan.
Ternyata ledakan anti Tawon
Sekitar pukul 16.30 WIB, ada seorang pria paruh baya datang ke Kantor Polsek Jalaksana dan mengaku sebagai pembuat ledakan tersebut dengan tujuan mengusir tawon yang membuat sarang di dekat rumah Sutri.
“Tidak ada kaitannya dengan aksi teror ya. Yang meledak itu ternyata alat pengusir tawon yang terbuat dari racun tikus yang ditempatkan di pipa besi”, kata Kapolres Kuningan, AKBP Muhammad Syahduddi kepada wartawan.
Syahduddi menambahkan, pelaku yang membuat ledakan itu tak menyangka akan terjadi seperti ini.
“Pelaku bernama Urip, usia 51 tahun. Dia sudah 3 kali pakai alat tersebut. Selama ini selalu berhasil, tapi kali ini terjadi ledakan”, terang Syahduddi.
Syahduddi menegaskan, Urip mengusir Tawon atas inisiatif sendiri. Tindakannya juga tidak ada kaitan dengan jaringan terorisme manapun. (Fokus Islam)