AS gunakan senjata Uranium di Suriah

serangan udara di Deir Zour (Orient News)

Militer AS menggunakan senjata berbahan unsur Uranium di medan perang Suriah. Foreign Policy memperkirakan, senjata tersebut digunakan di sekitar wilayah ISIS, akhir 2015 lalu.

Juru bicara Pusat Komando AS Mayor Josh Jacques mengatakan, 5.265 peluru berisi depleted Uranium (DU) dengan kaliber 30 mm ditembak dari pesawat serang darat A-10 pada 16 November dan 22 November 2015.

Serangan berhasil menghancurkan 250 kendaraan di padang pasir timur Suriah.

Gempuran 16 November terjadi di dekat al-Bukamal, provinsi Deir Zour, dekat perbatasan Irak. Menghancurkan termasuk 116 truk tangki minyak.

Pada 22 November, senjata DU juga menghancurkan 283 truk minyak ISIS di gurun provinsi Hasakah dan Deir Zour.

Serangan AS itu merupakan bagian dari "Tidal Wave II". Yang ditujukan melumpuhkan infrastruktur ISIS untuk penjualan minyak mereka.

Sebelumnya, AS dan koalisinya pernah mengatakan senjata semacam itu tidak akan digunakan dalam operasi anti-ISIS.

"AS dan pesawat koalisi tidak akan menggunakan amunisi (depleted) Uranium di Irak atau Suriah selama Operasi (anti ISIS)", ujar juru bicara koalisi John Moore, Maret 2015.

Meskipun dikatakan serangan terjadi di wilayah Suriah, tapi kedua sisi perbatasan berada di bawah kendali militan.

Sehingga jika DU juga digunakan di wilayah Irak, akan berdampak politik besar bagi AS, mengingat kemarahan atas penggunaan di masa sebelumnya.

Pada invasi Irak 2003, AS dilaporkan sering menggunakan DU. Sehingga mengundang kemarahan masyarakat setempat, karena ditembakan dekat wilayah berpenduduk.

Mereka khawatir bahan beracun senjata unsur radioaktif dapat menyebabkan kanker dan cacat lahir.

Depleted Uranium ada bahan rendah isotop U-235 yang digunakan dalam industri nuklir. Namun masih dikhawatirkan menghasilkan radiasi berbahaya.

DU adalah adalah logam padat di dalam proyektil dan bersifat sangat mudah panas, sehingga cocok dalam menghancurkan target. (Orient-news)