PORTAL BERITA 25 - Di tengah derasnya hujan, Nesa Yusri Rahmania, 11 tahun, tetap berangkat sekolah sejak pagi hari. Dengan payung seadanya, kelas 6 SD 02 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan ini masih semangat belajar meski cuaca tidak mendukung.
Terlebih, dia akan menghadapi ujian nasional sebagai salah satu syarat kelulusannya nanti. Namun, Nesa tak bisa melanjutkan perjalanannya karena beberapa guru mencegatnya di mulut gang. Guru-guru itu memberitahukan bahwa sekolah libur karena banjir.
Semangat belajar Nesa pun hanyut seiring banjir yang melanda sekolahnya. Dia terpaksa harus kembali ke rumahnya bersama puluhan teman lainnya. Ya, hujan yang mengguyur ibu kota belakangan ini membuat saluran penghubung anak sungai pesanggrahan meluap.
Alhasil, keramaian SD 01 dan 02 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan di pagi hari pun ikut sirna. Hening, senyap, seperti tak ada kehidupan. Hanya genangan air yang tampak memenuhi kawasan sekolah seluas 11 ribu meter per segi itu. Beberapa bangku sekolah dan material ringan terlihat mengambang terbawa aliran air.
Pelayan sekolah SD 01/02 Petukangan Selatan, Sutarmo, 55 tahun, menuturkan, sekolah tersebut merupakan titik langganan banjir. Terlebih, sekolah itu berada tepat di pinggir anak kali Pesanggrahan. Hanya saja, katanya, anak kali Pesanggrahan ini telah selesai dinormalisasi sejak tahun 2015 lalu.
“Harusnya sudah nggak banjir. Kan kali itu sudah diturap (sheetpile) dan dikeruk. Tapi karena ada bagian yang masih bolong, airnya kembali meluap dan menggenangi sekolah,” ujar Sutarmo, di lokasi, Selasa (21/2).
Menurutnya, sekolah tersebut digenangi air kali sejak dini hari. Sehingga, ketika ada anak sekolah yang datang secara otomatis akan langsung pulang karena melihat kelasnya banjir. Dia menegaskan, pihak sekolah sengaja meliburkan kegiatan belajar mengajar (KBM) sebagai langkah untuk mengantisipasi adanya bahaya bagi anak-anak.
“Genangannya cukup tinggi, bisa mencapai pinggang orang dewasa. Jadi, kalau anak-anak SD kelas 1 atau 2 bisa kelelep kalau mereka tetap sekolah,” ucapnya.
Sutarmo berharap, Dinas Pendidikan DKI Jakarta bisa memprogramkan pembuatan pagar atau tembok di sekeliling sekolah tersebut agar KBM tidak terganggu.
Meskipun banjir itu akan surut dalam 3-4 jam, kata Sutarmo, banjir yang menggenangi kelas harus menghentikan KBM. Terlebih, pasca banjir, anak-anak sekolah harus ikut kerja bakti membersihkan sekolah dari lumpur dan sampah-sampah.
“Bagusnya mah sekolah di pagar atau ditembok sekelilingnya. Setinggi satu setengah meter juga cukup agar anak-anak masih tetap bisa belajar. Kalau seperti ini, tetap saja banjir meski kali di belakang sudah diturap,” ungkapnya.
Indriyani Putri, 30 tahun, warga Kampung Sawah RT 06/RW 011 Petukangan Selatan, mengatakan keberadaan dinding turap di anak kali Pesanggrahan itu memperparah ketinggiam banjir. Pasalnya, sebelum kali itu diturap, ketinggian genangan hanya sekitar 20-30 centimeter saja. Tapi, setelah dibangun turap, tinggi genangan mencapai satu meter.
“Nggak ada pengaruhnya tuh sungai diturap. Tetap saja banjir. Sekarang malah jadi semakin tinggi genangannya. Sungainya malah makin menyepit. Iya sih, sudah dikeruk, diperdala. Tapi menurut saya percuma. Karena dinding turap itu masih ada lubang sebagai pembuangan air pemukiman. Harusnya pakai pintu khusus itu lho,” katanya.
(koran jakarta)