Suatu kali, saya pergi ke sebuah toko elektronik. Saya berkeliling. Melihat-lihat. Entah apa yang saya cari. Nggak jelas. Hanya sekedar ingin cuci mata, jalan-jalan saja. Di kantung celana dan baju saya, nggak ada uang banyak. Paling-paling hanya cukup untuk pulang ke kontrakan.
Maka memang tidak mungkin saya akan membeli satu dua barang dari toko ini.
Saya melangkah nggak karuan, ke kiri, belok lagi ke kanan. Lurus saja. Lalu berhenti. Terpekur menyaksikan ruangan yang penuh dengan televisi. Di ruangan itu ada televisi beregam ukuran dan desain. Ada yang kecilnya bukan main, sampai yang paling besar segede gaban. Barangkali melebihi tinggi saya besarnya.
Di ruangan itu, hampir semua televisi hidup. Menampilkan gambar penuh warna yang indah. Elok nian dipandang mata. Nggak akan bosan.
Ada yang menayangkan tentang kehidupan binatang di Afrika, ada yang menyiarkan siaran olahraga, dan sebagainya. Saya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, lalu berhenti pada sebuah televisi yang tidak menyala. Layarnya hanya hitam saja. Berbeda dengan yang lain, ada corak warna yang indah.
Saya dekati televisi itu, lalu bertanya kepada salah seorang penjaga yang kebetulan lewat, "Kenapa televisi ini tidak nyala?"
Petugas yang saya tanya berhenti sejenak lalu memeriksa bagian belakang televisi. Ia berujar, "Oh, televisi ini nggak terhubung dengan listrik. Makanya nggak nyala."
"Seharusnya dihubungkan saja. Agar menyala dan menampilkan warna-warni yang indah seperti yang lainnya, mas. Kalau mati begini kan jadinya nggak menarik."
"Baik, akan saya ambilkan terminal kabel tambahan deh. Agar bisa dihubungkan."
Petugas lalu pergi, begitu juga dengan saya.
*****
Cerita di atas hanya fiktif belaka. Ingin saya gunakan sebagai analogi saja. Jika boleh, mari ibaratkan aliran listrik tadi adalah 'Tuhan'. Ingat ya, hanya mengibaratkan. Agar apa yang saya utarakan bisa sampai dengan jelas dan bisa dicerna dengan baik.
Televisi yang tidak menyala tadi sangat tidak indah dibandingkan dengan televisi yang lain. Mengapa? Karena ia tidak terhubung dengan 'Tuhannya'. Sebesar apapun ia, secanggih apapun dirinya, kalau tidak terhubung, maka ia tidak berguna.
Nah, kita sebagai manusia juga begitu.
Jika tidak terhubung ke Allah, maka kita jelek. Hina. Celaka. Rugi.
Mau kita kaya raya, ganteng, keturunan orang ternama, berpangkat tinggi tiada tara, nggak ada apa-apanya jika nggak terhubung dengan Allah SWT. Tuhan semesta alam yang menciptakan kita dan semuanya.
Sebaliknya, jika kita bisa terhubung dengan Allah, maka indah sekali rasanya.
Lihat saja pengusaha yang terhubung dengan Rabbnya. Ia akan menjadi ringan tangan, mudah membantu orang. Nggak pelit. Nggak medit. Ia rajin bersedekah. Suka membantu orang. Dan mempunyai pergaulan yang menyenangkan.
Saksikan juga guru yang konek sama Allah. Ia akan mengajar penuh cinta. Nggak mudah marah. Nggak gampang menyerah. Ia akan mengajar dengan hati yang tulus ikhlas. Jika ada anak yang kesusahan menangkap pelajaran, ia rela menyisihkan waktu luangnya untuk membina lebih.
Orang-orang yang terhubung dengan Allah akan menjadi pribadi yang menyenangkan. Enak diajak ngobrol. Asik diajak bergaul. Ia supel, nggak sombong, rendah hati, dan sebagainya.
Memang begitu... Siapapun kita, kalau terhubung baik kepada Allah, pasti akan menjadi pribadi yang mumpuni. Dirindukan oleh orang-orang. Diharapkan kehadirannya. Ketika kita nggak ada, ada banyak hati yang kehilangan.
Semoga kita bisa menjadi demikian.