Murid-murid di sekolah Komunis China |
Sekolah Dasar Yang Dezhi di pedesaan Wenshui, Provinsi Guizhou, China, menerapkan ‘pendidikan patriotisme’ ekstrem bagi para muridnya.
Sekolah ini sebenarnya dibangun sejak lebih dari 100 tahun lalu di masa Dinasti Qing.
Namun 2008 silam, sekolah diubah menjadi "SD Tentara Merah" oleh bangsawan pro revolusi Komunis.
Tentara Merah adalah sebutan bagi tentara nasional Republik Rakyat China.
Berbeda dengan negara lain, tentara China berada di bawah komando Partai Komunis yang berkuasa.
Awalnya, unit tentara tersebut bernama Tentara Pembebasan Rakyat yang benihnya lahir saat Pemberontakan Nanchang, 1 Agustus 1927.
Pemberontakan berhasil dipadamkan, tapi benih kekuatan yang tersisa kemudian bersatu.
Tahun 1928, namanya berubah menjadi Tentara Merah Petani dan Buruh China. Baru setelah lewat pendudukan Jepang, tentara Komunis berhasil menyingkirkan kaum nasionalis China.
Berdirilah 'Republik Rakyat China' (RRC) di tahun 1949, serta Tentara Merah yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Rakyat, di bawah komando partai Komunis.
Kemudian antara 1966-1976, pemimpin besarnya, Mao Zedong, menggulirkan revolusi kebudayaan untuk merealisasikan falsafah Komunis versinya ke seluruh daratan.
SD Komunis modern
Sekolah Yang Dezhi di Guizhou adalah salah satu SD yang berafiliasi dengan Partai Komunis dianggap sebagai alat propaganda untuk mempromosikan partai itu.
Para pengkritik menyebutnya sebagai bentuk pencucian otak bagi anak-anak demi menyokong kekuasaan.
Tapi, pihak sekolah menggambarkannya sebagai manifestasi 'pendidikan patriotik'.
"Semangat Tentara Merah adalah aset nyata (yang diajarkan) bagi anak-anak. Mengajarkan mereka agar menjadi pekerja keras dan hemat sejak usia dini", kata kepala sekolah Mu Chunyong.
Yang Dhezi hanya satu dari sekian banyak institusi merah serupa di penjuru China.
Provinsi Guizhou termasuk daerah termiskin di China. Namun saat ini banyak dari mereka memiliki kehidupan yang nyaman, dengan melejitnya ekonomi negara.
Meski demikian, penting bagi siswa mengingat kesulitan yang ada di masa lalu.
"Jika anda tidak menanamkan anak-anak dengan sejarah semangat revolusi, mereka tidak akan menghargai kenyamanan saat ini", tutur Mu.
Partai Komunis menjadi pusat perhatian pendidikan. Ditempatkan layaknya dewa yang dikultuskan dengan "ritual" dan semangat khusus.
Para murid diajari menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dengan ketepatan ala militer, termasuk baris-berbaris.
Mereka rutin membahas cerita awal perjuangan Partai Komunis dan mempelajari sejarah Tentara Merah lokal.
Meski dianggap cuci otak oleh pengkritik, sekolah itu ingin para muridnya jadi mandiri, percaya diri, dan berjuang dalam pengembangan diri.
Sekolah tidak memiliki pemanas untuk musim dingin. Anak-anak istirahat tiap jam berolahraga di lapangan agar aliran darahnya tetap lancar.
Saat makan siang, mereka mendapatkan jatah makan di kantin dan saling menikmatinya dalam suasana sunyi.
Untuk mencapai sekolah, siswa juga harus berjalan kaki melewati jalanan berlumpur. (AFP/SCMP)