Ilustrasi (Arab News) |
Khader Shkirat mengatakan, Dinas Penjara Israel awalnya menyetujui kunjungan pada Kamis (11/5), namun tiba-tiba janji dibatalkan.
Juru bicara layanan penjara Assaf Librati tidak menjelaskan alasan pembatalan.
Para pendukung Barghouti beranggapan Israel mencoba menurunkan semangat para demonstran dengan membuatnya terisolasi.
Baru-baru ini dirilis sebuah video yang sepertinya bermaksud menunjukkan Barghouti sedang makan di selnya.
Masyarakat Palestina menduga video tersebut rekayasa.
Tak ingin kalah, Librati membantah video dimaksudkan tersebut mematahkan aksi pemogokan.
Sementara itu, istri Barghouti menulis surat kepada Paus Fransiskus dan memintanya campur tangan "sebelum terlambat".
Dalam kutipan suratnya, Fadwa Barghouti meminta Paus untuk berbicara, "karena kebebasan dan martabat adalah hak yang diberikan Tuhan, dan tidak ada kelompok manusia yang boleh mencabut hak-hak ini. Seruan anda untuk menghormati hak-hak rakyat Palestina, termasuk hak tahanan politik kami, memungkinkan suara mereka yang diisolasi terdengar oleh dunia", ujar surat tersebut.
"Pengadilan Israel adalah instrumen penindasan, bukan keadilan, terutama pengadilan militer Israel", lanjut Fadwa.
Vatikan sendiri telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara.
Namun, Israel bersumpah tidak bernegosiasi dengan tahanan mogok makan. Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan menyebut mereka sebagai "teroris dan pembunuh". (Arab News)