Hidup yang Mengerikan

Hidup yang Mengerikan
"Terjaga di tengah malam karena sering kepikiran tagihan di akhir bulan," ujar sopir grab yang hari ini saya tumpangi, "adalah hidup yang mengerikan, Mas." 

Ketika mendapatkan nasihat itu, saya memilih diam dan tidak menimpali apapun. Membayangkan betapa tidak mengasikkannya hidup orang-orang yang punya hutang. Harus bekerja siang malam, demi uang yang banyak. Demi hutang yang harus ia lunasi. Demi tagihan setiap akhir bulan menjelang. 

Telat sedikit saja, pasti dia dikejar. 

Entah ditelpon berkali-kali. Dikirimi surat tagihan. Hingga yang paling parah, di datangi orang-orang berbadan besar yang bertugas menagih uang yang sudah dipinjam. 

Jika tidak bisa bayar, maka siap-siap saja kehilangan jaminan yang sudah dijaminkan di awal. 

Nasihat yang sama, pernah juga terlontar dari driver ojek online. Dia bilang, "Tapi mas..." katanya. Menjawab menimpali perkataan saya sebelumnya. Ketika lewat di perumahan mewah yang ada di bilangan Bogor. 

Sebelumnya saya berkata begini: "Ini perumahan, besar-besar semua. Lalu di garasinya, selalu ada mobil yang mahal dan selalu lebih dari satu juga. Hebat bener orang-orang ini ya? Pada kerja apa sih kok bisa sekaya-kaya ini?"

Mendengar perkataan asal saya itulah, pengendara ojek online yang saya tumpangi berkata: "Tapi mas, biasanya orang-orang begini juga pasti hutangnya banyak loh. Hutang ke bank nya. Ini kendaraan dan rumah pasti kan sebagian besar kredit. Nggak kebayang setiap bulan mereka harus bayar berapa ya cicilannya." 

Saya diam.

"Ada benarnya juga perkataan orang ini." gumam saya. 

Memang benar, itu urusan orang sih. Terserahlah dia mau kredit, pinjam uang di bank, atau apalah. Urusan mereka. 

Cuma dari dua percakapan di atas, saya mendapatkan banyak pelajaran hidup. Pertama, nggak semua yang kita lihat baik-baik saja itu baik-baik saja. Ada orang yang mungkin keliatannya hidup enak. Punya rumah, kendaraan, dan sebagainya. Tapi di balik itu semua, siapa yang tahu, ternyata ia mengalami tekanan luar biasa setiap akhir bulan karena harus membayar tagihan yang menggunung dan banyak. 

Kedua, saya belajar bahwa hidup itu tidak melulu tentang memenuhi apa yang kita inginkan saja. Lebih penting daripada itu, hidup seharusnya adalah memikirkan apa yang kita butuhkan. Yang benar-benar harus ada. Itulah yang kita kejar. 

Coba... Kalau hidup hanya digunakan untuk mengejar apa yang kita inginkan, sudah pasti nggak pernah selesai. Keingin selalu ada dan terus bertambah. 

Padahal, apa yang kita inginkan itu belum tentu kita butuhkan.

Nah, dua pelajaran penting itu saya resapi dalam-dalam hari ini. Semoga menjadi bekal yang baik untuk saya hingga masa depan. Aamiin.