FOTO: BONEPOS/SUPARMAN. |
Adanya dugaan manipulasi data pengrajin ini terkuak setelah sejumlah warga termasuk H. Sakur, mantan Desa Lappo Ase membeberkan kejanggalan pada proyek yang menelan anggaran Rp 1,6 Miliar lebih itu. Dimana dalam data tersebut diklaim ada 25 orang pandai besi, sementara fakta dilapangan hanya 5 orang saja.
"Saya pernah disodorkan oleh Disperindag nama-nama pengrajin untuk ditandatangani. Namun saya menolak, karena banyak saya tidak kenal. Makanya saya minta dibuat ulang untuk ditelusuri, hanya saja sekarang tidak ada," ungkap H Sakur.
- [message]
-
- Baca Berita Sebelumnya :
"Cuma lima pandai besi di Bilae, yakni, Mustafa, Ibe, Ambo Asse, Ambo Upe dan Tamrin. Itu saja yang murni panre bessi (pandai besi), selebihnya saya tidak tahu," sebutnya.
Sementara itu, salah satu warga yang sempat namanya dimasukkan dalam data pandai besi oleh pihak Disperindag Bone yakni Tanggung, mengaku malah dirinya tidak tahu menahu soal proyek tersebut, dirinya malah mengaku bahwa profesinya bukan pandai besi melainkan pengraji sarung parang saja.
- [message]
Sebelumnya, Kepala Disperindag Bone, H Andi Sumardi Sulaiman mengatakan, bahwa alasan pemindahan lokasi poryek tersebut lantaran di tempat awal yakni Dusun Abbolange terkendala masalah pembebasan lahan, sehingga harus dipindahkan ke dusun Bilae, karena ditempat tersebut juga memiliki pandai besi.
"Saya rasa yang keberatan dengan pemindahan lahan proyek ini, mungkin hanya orang-orang yang ada juga tanahnya di Abbolange. Tapi apa boleh buat proyek ini harus diselesaikan secepatnya mumpung ada bantuan," ungkap Sumardi kepada Bonepos.com Minggu sore, 14 Agustus 2016 lalu.
PEWARTA : SUPARMAN WARIUM
EDITOR : RISWAN
COPYRIGHT © BONEPOS 2016