Kerja Keras dan Jangan Menyerah!


Tadi siang, sembari meluruskan tulang punggung   tiduran   di masjid, tanpa sengaja, saya melihat ada seekor cicak yang marayap di langit-langit. Berlari ke depan, diam sebentar dan kemudian balik kanan, lalu berlari lagi ke arah semula. Ia melakukan itu tidak hanya sekali, lebih dari tiga kali malah. Bolak balik seperti setrikaan rusak. 

Entah apa yang ada di pikirannya. 

Mungkin ia seperti Hajar, Ibunya Ismail, yang melihat ada air di ujung sana, lalu segera berlari mendekat. Sampai di tujuan, air yang terlihat malah tidak ada. Malangnya, ketika ia mengarahkan pandangan ke tempat semula, ia tertegun. Bagaimana mungkin disana ada air? Padahal, beberapa menit lalu ia berdiri di titik itu, tidak ada apa-apa! Benarkah itu air?

Berlari kembalilah ia. Ngos-ngosan. Lelah bukan main. Panasnya minta ampun. 

Waktu itu, pasti belum ada pelindung kaki secanggih sekarang. Tidak ada sandal kenamaan dan sepatu kulit yang melindungi dengan kenyamanan. Sehingga boleh jadi, kedua telapak kaki Hajar terbakar dan merah. Tidak menutup kemungkinan malah lecet-lecet. Nggak kebayang, betapa perihnya jika demikian. 

Hajar bolak-balik, jatuh bangun hingga tujuh kali. Berkeingat dan kehausan. Lalu, ketika Hajar mulai menyerah, ia mendekati anaknya, Ismail. Si anak yang masih bayi, terus menangis karena lapar dan haus sambil menghentakkan kakinya ke tanah. Ajaib! Tepat di tempat hentakan kaki Ismail itu, kemudian memancarlah air yang bersih dan menyegarkan. 

Kita mengenalnya sekarang sebagai air zam-zam. Salah satu bukti kekuasaan Allah di dunia bagi orang-orang yang berpikir. 

Mendapati cicak berlari bolak-balik nggak karuan tadi siang, yang terlintas di kepala adalah kisah Hajar dan Ismail. 

Jika semua yang terjadi kepada saya adalah karena kehendak Allah, maka siang tadi, barangkali Allah ingin mengajarkan kepada saya tentang pentingnya bekerja keras dan pantang menyerah. Teruslah mencoba dan jangan mudah putus asa. 

Seperti cicak itu, mungkin ia melihat nyamuk di ujung sana, makanya ia berlari mengejar. Eh, setelah sampai, malah tidak ada siapa-siapa. Yang ia kira nyamuk, hanya senoktah noda berwarna hitam yang entah apa. Cicak memalingkan wajah lagi, di tempat ia semula, dipandangnya, seperti ada mangsanya disana. Berdiri lengah. 

Ia kejarlah kesana. Berlari sekuat tenaga agar bisa melahapnya dengan segenap daya. Malang, ia kembali mendapati tidak ada apa-apa. 

Tapi pelajaran dari cicak itu, yang saya yakin berasal dari Allah, bukanlah tentang kesia-siaan. Cicak tersebut mengajarkan tentang kerja keras. Masa depan memang tidak jelas. Tapi itu tidak penting. Tetap kejar dan gapailah apa yang sudah direncakan dan seakan terlihat oleh kita. Lalu, jika di depan sana ada kegagalan yang menyapa, segera bangkit dan berlari lagi. Jangan mudah menyerah dan putus asa. 

Setiap kerja dan usaha, tidak akan pernah terbuang percuma. Selalu ada keberhasilan yang datang tersebab apa yang sudah kita upayakan. Ia mungkin memang tidak datang dari tangan dan peluh kita, tapi dari orang lain yang kita sayang. Dari istri dan anak-anak barangkali. Dari saudara atau kerabat yang kita cintai. 

Seperti Hajar!

Ia yang berlari tujuh kali bolak balik Shafa-Marwah. Ia yang lelah dan bersusah payah. Ia yang mengejar air, berharap bisa mengambilnya dengan tangan, lalu menuangkannya pelan-pelan ke kerongkongan keringnya Ismail. 

Tapi apa? Usahanya tidak menghasilkan apapun kecuali keringat dan kepayahan yang sangat. 

Sekali lagi, Allah selalu benar. Kebaikan selalu berbalas kebaikan. Kerja keras yang ikhlas selalu dihadiahi keberhasilan, dari arah yang tidak terduga-duga malah. 

Begitulah seharusnya kita, jangan mudah angkat tangan dan balik kanan. Selalu gigit kuat mimpi dan harapan. Jangan mudah menyerah, tetaplah berusaha dengan upaya yang indah. Suatu hari nanti, yakin saja, pasti ada keberhasilan yang akan kita dapat. Entah dari usaha yang memang kita kerjakan, atau dari orang lain di sekitar kita yang kita sayang. 

Demikian. 

Related Posts :