Mossad diduga bunuhi ilmuwan Muslim

Ilustrasi Mossad

Badan intelijen Israel Mossad diduga telah melancarkan pembunuhan pada musuh-musuh Israel.

Desember lalu, insinyur penerbangan Mohamed al-Zawari ditembak mati di luar rumahnya, di Sfax, Tunisia. Ia diduga memiliki hubungan dengan kelompok Hamas Palestina.

Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhan dengan menuduh adanya pengintaian drone.

Al-Zawari adalah korban terbaru dari sejumlah ilmuwan dan aktivis Muslim yang diyakini tewas oleh agen pemerintahan Yahudi.

Pada 1967, ilmuwan nuklir Mesir Samir Naguib tewas dalam kecelakaan mobil di AS.

Naguib berencana kembali ke Mesir saat terjadi puncak perang melawan Israel, dengan maksud membantu memulai program nuklir Mesir.

Ilmuwan nuklir Mesir lainnya, Yahya al-Mashad, yang pernah memimpin program nuklir Irak, tewas di sebuah kamar hotel Paris, Perancis, tahun 1980.

Tahun 1993, penulis Mesir Gamal Hemdan tewas dalam kebakaran apartemen di ibukota Mesir.

Kerabatnya menyatakan ia memiliki luka pukul di kepala, sementara rancangan buku yang sedang ditulisnya menghilang. Buku tersebut menulis topik tentang Yahudi dan Zionisme.

Pada 1997, agen Mossad mencoba membunuh kepala biro politik Hamas Khaled Meshaal di Yordania dengan menyemprotkan racun ke telinganya. Namun, usaha tersebut gagal.

Di tahun 2004, ilmuwan nuklir Irak Ibrahim al-Dhahiri ditembak mati saat mengendarai taksi di kota Baquba, Irak.

Mossad juga diyakini berada di balik pembunuhan komandan Hamas Mahmud al-Mabhuh di hotel Dubai, 2010 silam.

Para analis percaya, pembunuhan ilmuwan Muslim adalah bagian dari taktik Israel. Mereka ingin mencegah negara-negara berpenduduk Muslim mendapatkan teknologi canggih.

"Israel menilai, negara Muslim yang memiliki alat-alat teknologi adalah bahaya", ujar analis politik Turki Mustafa Ozcan, dilansir dari Anadolu Agency.

"Mereka tidak ingin umat Islam melakukan terobosan di bidang (sains) ini, sehingga mereka menargetkan para ilmuwan", katanya.

Analis Turki ini juga mengingatkan kembali peristiwa penghancuran reaktor nuklir Irak dalam serangan udara Israel.

Pada pertengahan 1981, pesawat tempur Israel menyerang reaktor nuklir yang dibangun oleh Irak di Baghdad.

"Israel, menolak mengomentari pembunuhan ilmuwan Muslim agar masalah ini tidak diangkat di tingkat internasional", kata Ozcan.

Hatem al-Zoabi, penulis Swedia asal Suriah, memiliki pendapat serupa.

"Pembunuhan ilmuwan Muslim oleh Mossad bertujuan mencegah negara-negara mereka berkembang dalam penelitian", ujarnya.

Menurutnya, Israel menargetkan setiap Muslim yang dapat "membantu mengembangkan negaranya di bidang apapun". (Anadolu Agency)