Pemkab Jayapura Harus Seriusi Nasib Petugas Sampah

Pemkab Jayapura Harus Seriusi Nasib Petugas Sampah
 Karel Tonjau, petugas sampah di Sentani ketika ditemui Jubi di salah satu TPA, Jumat (17/2/2017) – Foto: Yance Wenda.
Sentani -- Petugas sampah di Sentani meminta kepada Pemerintah Kabupaten Jayapura agar memperhatikan nasib mereka.

Pasalnya mereka menggunakan kendaraan roda tiga untuk mengangkut sampah tiap pagi, sejak pukul 03.00 WIT dini hari hingga pukul 07.00 pagi. Namun mereka harus memutar otak untuk membeli bensin, sebab Pemkab Jayapura tak menanggung biaya pembelian bensin.

Petugas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sentani, Karel Tonjau mengatakan, dirinya mengumpulkan kaleng bekas untuk mendapatkan dana tambahan.

“Jadi, kami lanjut ke TPA di sini untuk lanjut dengan toki kaleng bekas yang kami kumpul, untuk uang tambah-tambah makan minum dan uang bensin kendaraan roda tiga yang kami pakai angkut sampah,” katanya kepada Jubi di Sentani, Jumat (17/2/2017).

Padahal, lanjutnya, kendaraan pengangkut sampah ini milik Pemkab Jayapura alias berplat merah.

“Kita sudah lapor ke bos dorang (baca: mereka), tapi tidak ada jawaban. Jadi, bensin tanggung sendiri. Kepala (dinas) bilang bikin nota. Suatu saat nanti, kalau mereka minta motor dikembalikan kami kasih dengan nota-nota perbaikan dan pembelian bensin,” katanya.

Ia juga meminta perhatian pemerintah setempat agar kendaraan ditambah. Pihaknya pun sudah mengusulkan ke Koordinator Kebersihan Jayapura Bandaso, tetapi belum ada jawaban.

“Mungkin karena belum pelantikan atau bagaimana kami belum tahu. Karena yang pertama menangani kebersihan kota ini dari Dinas Kebersihan dan sekarang ditangani Dinas Lingkungan Hidup,” katanya.

Petugas sampah lainnya, Ronal Miron juga mengharapkan agar Pemkab Jayapura menganggarkan dana khusus untuk petugas untuk pembelian bensin dan pakaian seragam.

“Kalau bisa pemerintah berikan perlengkapan atau seragam, karena kita ini bersihkan tanpa menggunakan kaus tangan, jaket dan pakaian yang layak. Jujur kami angkat sampah dengan tangan kosong,” katanya.

Ia menceritakan, pernah sesekali mereka mengisi bensin lima liter untuk sekali angkut sampah. Padahal uang itu didapat dari menjual kaleng bekas.

“Tidak lebih hanya dari Rp 70.000 – Rp 100.000, itu pun digabung dengan jual besi tua untuk kebutuhan makan dan minum,” katanya. (*)


Copyright ©Tabloid JUBIHubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com