Turki awasi imigran berbahasa Rusia

Ungkapan belasungkawa warga atas serangan di kelab malam Reina, Istanbul, Turki. Serangan ini menewaskan sekitar 39 orang. (Reuters)
Turki meningkatkan pengawasan ke komunitas Muslim berbahasa Rusia selama beberapa bulan terakhir, sebagai respon meningkatnya serangan ISIS.

Beberapa aksi teror ekstremis di Turki diduga dilakukan pelaku yang berakar bahasa Rusia, seperti serangan bandara Ataturk Istanbul Juni lalu, serta klub malam Istanbul di malam Tahun Baru.

Polisi Turki menggerebek rumah imigran berbahasa Rusia di Istanbul. Beberapa orang ditangkap dan mengusir lainnya. Diantara mereka diduga mendukung kelompok garis keras.

"Operasi kami tidak terbatas hanya bagian tertentu Istanbul, ini dilakukan di seluruh kota. (Yaitu) tentang orang asing tanpa dokumen, paspor atau ID. Kami memerangi kejahatan dimana pun ada kemungkinan", kata seorang pejabat polisi Turki kepada Reuters.

Operasi itu merupakan bagian kerja sama Rusia-Turki di bidang intelijen.

Turki selama ini selalu menyambut pengungsi Muslim yang tertindas di negara lain, termasuk Rusia.

Namun, sekarang angin kebijakan berubah akibat berbagai insiden teror.

"Sekitar sepuluh kenalan saya saat ini ada di penjara", ujar Magomed-Said Isayev, Muslim dari pegunungan Kaukasus Utara Rusia. Ia pindah ke Istanbul tiga tahun lalu.

Isayev mengaku tidak pernah mengalami kesulitan saat berurusan dengan otoritas Turki, juga tidak punya masalah ke warga setempat. Namun, saat ini ia merasa tidak aman.

"Sebelumnya, Turki sangat membantu mereka yang berasal dari negara ex-Soviet", ujar aktivis Muslim Rusia, Abdul-Alim Makhsutov.

"Kami memiliki tradisi pindah ke Turki atas alasan agama dan melarikan diri dari tekanan. Serangan teroris menodai reputasi ini", keluhnya. (Reuters)