Rencana Erdogan terapkan lagi hukuman mati

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Segera setelah memenangkan referendum perubahan konstitusi, Presiden Tayyip Erdogan berjanji untuk mengembalikan hukuman mati, sebuah reformasi yang diberlakukan 15 tahun lalu.

Erdogan menjanjikan sebuah debat di parlemen tentang masalah ini atau, jika gagal, akan mengadakan referendum lagi.

Langkah ini akan menyenangkan penggemarnya, yang berkali-kali meminta itu dalam kampanye. Namun, ini akan mengakhiri upaya bergabungnya Turki dalam UE.

Ini akan mempersulit jutaan orang Turki di kota-kota pelabuhan dan berbagai sektor lainnya yang membutuhkan kedekatan pada EU.

Kota-kota terbesar di Turki, seperti Istanbul, Ankara dan Izmir, mayoritas memilih "Tidak" pada referendum Minggu kemarin.

Suara "tidak" juga didapat dari daerah industri, turis, dan pelabuhan di 33 provinsi.

Sekitar 320 perusahaan dari dari 500 industri terbesar di Turki berbasis di kota-kota yang memilih menentang perubahan konstitusional, 181 di antaranya berada di Istanbul.

"Selama bertahun-tahun, kami telah berupaya mengintegrasikan diri dengan dunia," ujar Serafettin Asut, kepala kamar dagang dan industri di kota Mersin, Mediterania.

"Kami telah membuat kemajuan dalam perdagangan luar negeri. Kami terus memikirkan perbaikan diri ... membawa kembali hukuman mati tidak akan diterima dengan baik," ujar Asut.

Terdapat beberapa aksi protes sporadis terhadap hasil referendum, termasuk di Istanbul, Ankara dan Izmir.

"Partai AK semakin gagal menarik pemilih di kota-kota besar," ujar Murat Gezici, kepala survei pemilu Gezici.

"Mereka mencoba meyakinkan massa melalui nilai patriotik dan konservatif, tapi para pemilih menganggap ini sebagai indikasi kebijakan AKP di masa depan, yaitu ingin memalingkan wajah dari Barat," terang Gezici.

Sebelumnya, Erdogan mendapat dukungan dari pengusaha liberal. Orientasi reformasi Erdogan pasa masa awal karirnya sebagai Perdana Menteri 2003 lalu membawa kestabilan dan perhatian dari investor asing.

Namun hal itu sepertinya berkurang seiring memburuknya hubungan Turki-Eropa.

Seorang pengusaha tekstil di Turki mengatakan ia ingin mendirikan perusahaan di Jerman karena lingkungannya memburuk.

"Ini tindakan pencegahan jika hubungan antara Turki dan Uni Eropa semakin buruk dan mempengaruhi perdagangan," katanya.

"Saya tidak mengharapkan sesuatu seperti embargo," jika Turki benar-benar mengembalikan hukuman mati, katanya.

Kolumnis media Hurriyet, Murat Yetkin, mengatakan bahwa Erdogan akan menghadapi tantangan besar setelah kemenangan referendum.

"Sekarang Erdogan harus menguasai bagian Turki yang paling terbuka pada dunia, dengan produksi budaya, kapasitas ekspor, pendapatan pariwisata dan output industri tertinggi, dengan sebuah konstitusi yang disetujui oleh bagian paling introvert," tulisnya. (Reuters)

Related Posts :