Dua malam lalu, saya menonton sebuah film yang menurut saya bagus sekali. Judulnya Equalizer. Film bergenre action yang sudah beredar lama. Kalau tidak salah, film itu rilis di tahun. Tentu saja sangat telat menyaksikannya dua malam lalu. Apalagi, saya termasuk orang yang suka menonton. Berarti banyak yang terlewat.
Dalam film itu, si tokoh utama yang bernama Robert memiliki keseharian seperti layaknya seorang kakek biasa. Ia bangun pagi, bekerja di sebuah supermarket alat bangunan, dan hobi sekali membaca buku. Ia memiliki target yang fantastik. Ingin menamatkan 100 buku dalam setahun.
Mendengar ia berkata demikian, "Ya, target saya adalah menamatkan 100 buku dalam setahun. Dulu saya pikir itu tidak mungkin. Tapi ketika saya lakukan pelan-pelann tanpa henti, sekarang saya sudah sampai pada buku 91. Sedikit lagi 100."
"Apa yang kau dapatkan dari membaca buku sebanyak itu?"
"Entahlah, tapi sejak rajin membaca, saya menjadi lebih bisa mengobrol dengan istri saya (yang juga kutu buku).
Kira-kira begitu petikan kalimat Robert bersama seorang (maaf) PSK di sebuah Coffe Shop.
Robert memiliki kebiasaan tidak bisa tidur malam. Maka waktu-waktu itu ia gunakan untuk duduk di warung kopi yang buka 24 jam dan membaca buku disana hingga pagi. Ia duduk di pojokan, membaca buku dan menikmati secangkir teh hijau.
Untuk lebih jelasnya, silakan nonton sendiri yaa... Hehehe
Satu hal yang menarik dari kehidupan si tokoh utama di dalam film itu adalah kebiasaan Robert yang gemar sekali membaca buku. Saya seperti tersentil ketika kalimat percakapannya di atas diucapkan. Lebih tersindir lagi ketika mengingat bahwa saya pun punya seorang siswa yang menargetkan minimal 36 buku selesai ia baca dalam setahun.
Lah sedangkan saya? Katanya suka menulis dan ingin bisa menerbitkan buku? Kok membaca bukunya nggak sebanyak mereka? Kenapa malah lebih sibuk dengan hal lain yang jauh sekali dengan buku dan dunia tulis menulis. Duh!
Film itu kembali mengingatkan saya untuk terus belajar dan banyak membaca buku. Makanya, tadi malam, saya mencoba kembali membiasakan diri saya membaca. Saya ambil satu buku, membawanya ke kamar dan menikmati halaman demi halamannya hingga tertidur. Tidak disangka, hanya dalam waktu yang tidak lama, saya toh sudah sampai di halaman 40 sekali duduk. Lumayanlah.
Semoga di tahun ini, saya bisa membaca minimal 36 buku dalam setahun.
Sudah agak telat memang memulainya. Tapi tidak mengapa.
Jika menargetkan membaca buku sebanyak 36 buku tahun ini, maka dalam sebulan saya harus membaca dua buku yang baik. Semoga dengan demikian, saya bisa menjadi lebih cerdas dan berwawasan luas. Semoga juga, dengan demikian, saya bisa memberikan contoh yang baik untuk anak dan istri saya.
Siapa tahu anak saya akan tertular menjadi suka baca dan belajar. Siapa tahu ia akan menjadi pintar dan membanggakan.
Demikian.